ML Bersama 2 Tante Sangeku

Berenang adalah salah satu olahraga rekreasi favoritku selama aku kuliah di Solo. Tapi pada masa itu sebagai mahasiswa yang masih mengandalkan kiriman orang tua, aku harus berhemat dan tidak bisa sering-sering berenang.
Paling-paling aku hanya berenang 2 atau 3 kali dalam sebulan. Kadang aku berenang bersama teman-teman kampus, tapi lebih sering berenang sendiri karena tidak banyak teman-temanku yang mau meluangkan waktu untuk berenang secara rutin. Aku sering berenang di daerah Setiabudi, di sana ada kolam air hangatnya sehingga aku bisa berenang sampai malam tanpa takut kedinginan oleh udara malam kota Solo.Hari Jumat itu aku seperti biasa berenang sendiri. Setelah melakukan gaya bebas bolak-balik beberapa kali aku beristirahat sambil tetap berendam di tepi kolam. Hari itu agak sepi, paling hanya 15 orang saja yang ada di kolam renang. Langit sudah mulai gelap dan lampu-lampu di sekitar kolam renang sudah mulai dinyalakan. Tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kolam renang, maklum besok hari Sabtu tidak ada kegiatan kuliah.
Tidak berapa lama kulihat seorang wanita berambut ikal yang berumur sekitar 40-an masuk ke area kolam renang. Meskipun sudah tidak muda lagi badannya terlihat sangat terawat dan sexy. Payudaranya tampak agak menggantung tapi masih cukup kencang dan menurutku tidak kalah dengan wanita-wanita yang lebih muda.
Kulitnya putih dan wajahnya juga masih tampak cantik…ah.. rasanya aku kenal wanita itu… Kalau tidak salah dia Tante Lilis. Setelah meletakkan barang-barang bawaannya wanita itu mulai menceburkan diri ke kolam renang, tepat di seberangku. Lalu perlahan ia mulai berenang mengelilingi kolam renang. Saat ia berenang di depanku, kuberanikan memanggil namanya, 
“Tante Lilis…” Wanita itu berhenti dan berbalik menatapku.
“Hey… Doni ya… sama siapa berenang?” tanya Tante Lilis sambil mencubit lenganku.
“Biasa tante… sendirian aja, tante sama siapa?”
“Oh, sama Santi teman kantor tante… tapi kayaknya dia masih di kamar ganti tuh…soalnya tadi tasnya ketinggalan di mobil… nah itu dia baru datang, tante kenalin yaaa…”
Tampak seorang wanita, terlihat masih muda dan lumayan manis mungkin umurnya sekitar 25-an, berjalan ke arah kolam renang.
Rambutnya lurus melewati bahu, tubuhnya terkesan atletis dengan buah dada montok berisi seperti Pamela Anderson di film serial TV “Baywatch”. photomemek.com Tante Lilis lalu naik ke pinggir kolam dan bergegas menghampiri wanita tersebut. Tak lama kemudian kedua wanita itu kembali masuk ke kolam renang.
“San.. ini kenalin… Doni, Don… ini kenalin..Santi, teman kantor tante,” Sambil mengulurkan tangannya Santi tersenyum dan menyebutkan namanya, senyumnya manis sekali. Akupun menyebutkan namaku sambil menikmati kehalusan tangannya.
Setelah berbasa-basi sebentar Santi berpamitan untuk berenang beberapa keliling, lalu aku dan Tante Lilis mengikutinya. Sebenarnya aku sudah cukup lelah setelah berenang sebelumnya, tapi kebersamaan dengan Tante Lilis dan Santi kayaknya sayang kalau dilewatkan begitu saja hanya karena rasa capek yang tidak seberapa. Setelah berenang beberapa keliling kamipun akhirnya berhenti.

“Doni.. kok udah lama tante nggak pernah lihat kamu jemput Tante Nita lagi?”
“Lho… saya khan sudah nggak kos di tempat Tante Nita…”
“Tapi tante dengar kamu masih suka ketemu dengan Tante Nita, iya khan..?” Tante Lilis mulai menggodaku dengan senyumnya yang nakal.
Aku tidak menjawab, hanya tertawa ringan.
“Tante Nita suka cerita tentang kamu lho…hmm.. bikin kita-kita penasaran deh,” Tante Lilis menggoda lagi, kini tangannya mencubit perutku.
“Aduh… sakit tante…,” kataku pura-pura kesakitan. 
Santi yang tidak tahu arah pembicaraan kami tampak agak bingung.
Tante Lilis merapatkan badannya ke sampingku dan melingkarkan tangannya di pinggangku.
“Santi, kamu kenal dengan Nita teman aerobikku khan..? Doni ini dulu kos di tempat Nita dan semenjak itu si Nita bisa jadi betah banget di rumah kalau Doni lagi nggak kuliah, nggak tau ngapain aja dia dengan si Doni ini,” Tante Lilis tertawa genit sambil melirikku. 
Santi hanya tersenyum-senyum saja memandangku.
“Ah… ati-ati Teh Lilis… mahasiswa sekarang memang nakal-nakal….!!”
Udara malam makin dingin, tapi suasana kami justru mulai menghangat. Aku merasa kegenitan Tante Lilis sedang menantikan tanggapanku. Aku mulai memberanikan diri memegang dan meremas-remas pantat Tante Lilis dengan lembut. Jantungku berdegup-degup menanti reaksi Tante Lilis… syukurlah dia diam saja dan membiarkan tanganku terus beraksi.
Hanya aku dan Tante Lilis yang tahu persis apa yang kami lakukan. Suasana kolam renang tidak begitu terang dan kami berendam sebatas leher sehingga apapun yang diperbuat tangan-tangan kami di bawah air tidak akan terlihat siapapun. Meskipun demikian Santi kelihatannya mengerti apa yang terjadi, tapi dia pura-pura tidak tahu dan dengan sengaja berenang menjauhi kami.
Melihat kegenitannya mendapat tanggapanku dan tidak ada lagi orang lain di dekat kami, Tante Lilis semakin berani. Tangannya mulai dengan sengaja menyentuh penisku yang mulai menegang. Melihat aku tidak menolak perlakuannya Tante Lilis mulai berani meremas-remas penisku sehingga membuatnya mengeras. 
Tante Lilis tersenyum nakal.
“Oh, ini rupanya yang bikin Tante Nita lupa sama suaminya.” Aku tidak mau ketinggalan, kuraba dan kuremas-remas kedua buah dada Tante Lilis sehingga membuatnya memekik perlahan. Kami saling meraba dan berpandang-pandangan penuh nafsu.
Perlahan-lahan kuarahkan tangan kananku ke selangkangan Tante Lilis dan kurasakan gundukan yang lembut dan hangat di antara kedua pahanya. Mulut Tante Lilis sedikit terbuka, nafasnya mulai terasa berat dan matanya mulai sayu, tampaknya dia mulai terangsang.
“Ssstop Doni… jangan disini… kita ke hotel aja… mau?” kata Tante Lilis setengah berbisik dengan nafas mulai berat menahan birahi. Aku mengangguk setuju.
“Tapi Santi gimana tante…. masak ditinggal?”
“Tenang aja, itu urusan tante… kamu naik dulu… tante mau bicara sama Santi.”
Aku bergegas naik dan mengambil handuk serta sabun untuk mandi. Saat aku kembali ke kolam renang tampak Santi dan Tante Lilis sudah duduk di kursi sambil mengenakan handuk.
“Doni, keberatan nggak kalau Santi ikutan acara kita?” tanya Tante Lilis sambil mengedipkan sebelah mata kepadaku.
“Terserah Santi aja, Doni sih nggak keberatan tante…” kataku.
“Iiih… emangnya acara apaan sih…?” tanya Santi, entah dia cuma pura-pura atau memang tidak tahu aku tidak peduli, yang jelas malam ini aku akan menikmati tubuh Tante Lilis yang sexy. 
Belum terbayang bagiku bagaimana kalau nanti Santi ikut bergabung, aku belum pernah ML dengan lebih dari satu wanita sekaligus.
Kutitipkan motorku di kantor Satpam, kebetulan karena sudah sering berenang di situ aku jadi kenal dengan mereka. Kami bertiga lalu meluncur pergi ke arah Surakarta dengan mobil Tante Lilis. Tidak berapa lama kemudian kami sampai di Surakarta dan Tante Lilis lalu mengajak kami untuk makan malam di sebuah rumah makan.
Setelah selesai makan Tante Lilis membeli beberapa kaleng bir, softdrink dan makanan kecil, “Untuk bekal sampai pagi cukup nggak…” tanya Tante Lilis sambil tersenyum nakal. Aku mengangguk setuju sementara Santi masih pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.
Akhirnya kami meluncur ke sebuah hotel kecil yang cukup bagus di sekitar Surakarta, lokasinya enak dan aman untuk berselingkuh karena mobil bisa langsung parkir di garasi yang tersedia di sebelah kamar. 
“Eh.. seperti yang aku bilang tadi…. kalau kalian mau ML aku nggak ikutan yaa… aku cuma nunggu kalian di mobil aja.”
“Aduh Santi… kami nggak tega ninggalin kamu di mobil. Kita bakalan di sini sampai pagi lho, ikutan aja deh ke kamar. Kalau nggak mau ikutan kami ML juga nggak apa-apa, that’s your choice honey… kamu bisa nunggu di ruang tamu sambil minum bir. Atau kalau perlu bisa kami pesankan “extra-bed”. Gimana..?” tanya Tante Lilis. Santi akhirnya mengangguk setuju.
“OK aku di ruang tamunya aja… tapi kalian jangan ribut ya…. nanti aku nggak bisa tidur.”
Aku pikir Santi ini cuma pura-pura saja tidak mau ikut ML, kalau dia benar-benar tidak mau ikutan kenapa dia tadi tidak minta diantar pulang saja. Itu jauh lebih baik dari pada tidur di mobil ataupun di kamar sementara kami asyik bercinta sampai pagi.
Aku rasa Santi ini sebenarnya mau tapi malu karena baru kenal denganku beberapa jam yang lalu, jadi kupikir bagus juga kalau aku sengaja memancing-mancing dan mengambil inisiatif supaya dia mau ikut. Setidaknya dengan cara itu dia tidak harus merasa malu kalau “terpaksa” ikut bergabung. Hmm… kalau Santi mau ikutan, ini bakal menjadi pengalaman pertamaku ML dengan dua wanita sekaligus.
Kamar hotel yang dipesan Tante Lilis cukup besar, sebenarnya hanya satu ruangan tapi antara tempat tidur dan ruang tamu dipisahkan oleh tirai pembatas. putri77.com Dengan kondisi seperti itu apapun yang terjadi di tempat tidur pasti akan terdengar di ruang tamu. Santi merebahkan dirinya di kursi sofa.
“Selamat ML yaa… aku mau disini aja menikmati bir dan tidur nyenyak.”
Sampai di kamar Tante Lilis mematikan lampu kamar dan hanya menyisakan lampu tidur yang nyalanya remang-remang saja sementara aku langsung merebahkan diri di tempat tidur. Tante Lilis lalu mengikuti dan berbaring di sebelahku. 
Tanpa menunggu komando aku langsung memeluk dan mencumbu Tante Lilis, bibir kami saling memagut dan lidah kami saling melilit penuh nafsu.
Tangan-tangan kami pun mulai saling meraba dan meremas daerah sensitif masing-masing. Kuselipkan tanganku ke balik bajunya, oh… rupanya Tante Lilis sudah tidak mengenakan BH lagi sehingga tanganku dengan mudah langsung meremas payudaranya.
Sementara itu tangan Tante Lilis dengan ganas berusaha masuk ke celana dalamku untuk meremas penisku yang sudah menegang sejak tadi. 
Setelah beberapa saat kami bergumul dan saling meremas dengan panas, aku mulai melepaskan t-shirt dan celana jeansku sementara Tante Lilis juga mulai melepas pakaiannya satu per satu. Akhirnya kami berdua berbaring di atas tempat tidur tanpa sehelai busana pun.
“Tante Lilis… tante sexy sekali…,” kataku memuji sambil meraba payudara dan putingnya. Sengaja aku berbicara tanpa berbisik supaya Santi bisa ikut mendengar.
“Ah… kamu bisa aja,” tampak wajah Tante Lilis memerah, mungkin merasa bangga mendapat pujian dari anak muda. Tante Lilis juga tampaknya mengerti maksudku sehingga dia pun tidak berusaha mengecilkan suaranya.

“Tante, Doni mau menikmati tubuh Tante Lilis malam ini sepuas-puasnya… lampunya Doni nyalain aja yaa…”

“Iihh… tante malu ah… khan udah nggak muda lagi…”

“Tapi tante masih sexy banget lho… swear deh…. Doni betul-betul terangsang.”

“Terserah Doni kalau gitu… emangnya Doni mau liat apa sih kok pake nyalain lampu segala…”

“Doni mau menikmati tubuh Tante Lilis yang sexy ini sampai puas, Doni mau menikmati buah dada tante yang indah, Doni mau menikmati seluruh bagian vagina tante yang tertutup bulu-bulu lebat itu, Doni mau liat klitoris tante, Doni pengen liat semua bagian dalam vagina tante. Boleh khan…?” kataku merayu sambil menyalakan lampu kamar.

“Tentu boleh aja sayang…., malam ini tante jadi milik kamu. Doni boleh liat apapun yang Doni mau, boleh pegang apapun… pokoknya boleh ngapain aja… sesuka kamu sayang….. Tapi sebaliknya Doni juga jadi milik tante malam ini yaa…. Sekarang tante mau pegang dan isep pisangnya Doni…gimana?” tanya Tante Lilis sambil mendorongku ke tempat tidur.

Mulailah Tante Lilis menjilati dan mengulum penisku. Rupanya Tante Lilis cukup ahli dalam ber-oral, diremasnya buah pelirku sementara penisku dimasukkan ke dalam mulutnya untuk dihisap.

“Hmm dasar anak muda, penisnya keras banget kalau berdiri… tante udah lama nggak ngerasain penis yang keras seperti ini. Tante nggak sabar pengen ngerasain ini di dalam punya tante….” kata Tante Lilis sambil terus menjilati kepala penisku. Dimasukkannya kembali penisku ke dalam mulutnya dan sesekali lidahnya menjilati lubang penisku, wow… rasanya membuat tubuhku bergetar menahan nikmat.

“Oohh… tante… enak banget tante….mmhh… isep terus tante…,” aku sengaja mengekspresikan setiap rasa nikmat yang kurasakan dengan harapan supaya Santi terpancing untuk ikut bergabung.

Aku memutar posisiku sedikit supaya tanganku bisa meraba dan meremas payudara Tante Lilis sementara dia tetap mengulum penisku. Dengan lembut kuremas payudaranya dan kupilin-pilin pentilnya. Ini membuat Tante Lilis makin bernafsu dan bersemangat mengulum penisku.

 “Mmhh….mmhh…..” Tante Lilis mulai mendesah-desah menahan nikmat.

Seranganku kulanjutkan lagi, kali ini tanganku mulai mengarah ke vaginanya. Kurasakan bulu-bulu kemaluannya yang lebat agak basah oleh lendir yang licin. Jari tanganku mulai menyibak bulu-bulu vagina Tante Lilis dan masuk ke dalam belahan bibir vaginanya.

Akhirnya dengan perlahan kumasukkan jari tengahku ke dalam lubangnya yang basah oleh lendir. Kugosok-gosokkan jariku dengan lembut ke dalam dinding-dinding vagina Tante Lilis sementara ibu jariku mempermainkan klitorisnya sehingga Tante Lilis menggelinjang keenakan.

“Ah… Doni…. mhh…. masukin sekarang sayang… tante udah kepengen ngerasain penis Doni di dalam vagina tante,” katanya sambil melepaskan penisku dari mulutnya.

Tante Lilis lalu merebahkan dirinya di tempat tidur sambil membuka kedua pahanya untuk mempersilahkan penisku masuk. Tapi aku tidak ingin langsung memainkan partai puncak, aku harus menyimpan tenaga karena bukan tidak mungkin akan ada partai tambahan dengan Santi.

“Sabar dulu ya tante… Doni pengen banget jilat vagina tante…Doni nggak tahan liat vagina tante terbuka seperti itu… boleh….?” 

“Terserah Doni sayaang…. tante udah kepengen banget sampai puncak….” Pantat Tante Lilis kuganjal dengan bantal sehingga aku tidak perlu terlalu membungkuk untuk menikmati vaginanya.

Perlahan kubuka bibir vaginanya yang sedikit menggelambir dengan kedua jempolku, terlihat bagian dalam vagina Tante Lilis begitu merah dan merangsang. Lubangnya masih terlihat lumayan sempit meskipun sudah punya dua anak, sementara klitorisnya tampak menyembul bulat di bagian atas bibir vaginanya.

Tidak tahan melihat pemandangan yang begitu membangkitkan birahi akhirnya aku membenamkan lidahku ke dalam liang vaginanya. 

Dengan penuh nafsu kujilati seluruh bagian vagina Tante Lilis, mulai dari klitoris, bibir vagina, hingga lubang vaginanya tidak luput dari sapuan lidahku yang ganas. Tante Lilis meremas rambutku dan terus mendesah menahan nikmat.

“Oohh… oohh… mmhh… Doni…. mmhh… adduhh….” Suara Tante Lilis makin membuatku bersemangat, aku terus menjilati seluruh bagian vaginanya seperti seorang bocah sedang menikmati es krim coklat yang begitu nikmat.

Jari-jariku mulai ikut ambil bagian untuk masuk ke dalam liang vagina Tante Lilis, sementara itu bibirku mengulum klitorisnya dan lidahku terus menjilati serta mempermainkannya dengan penuh nafsu.

“Aaahh… Donii… tante nggak tahan Don…. adduuh…” desahannya makin tak terkendali dan tangannya mulai meremas rambutku dengan keras sementara itu otot-otot kedua kakinya mulai menegang.

Tampaknya tidak berapa lama lagi Tante Lilis akan mengalami orgasme. Sementara itu samar-samar kulihat bayangan di ruang tamu mulai bergerak, ah… rupanya Santi mulai terpancing untuk melihat apa yang kami lakukan di atas tempat tidur.

“Doni… Doni… mmhh… tante nggak tahan lagi… tante udah mau keluar…. mmhh…. ahh…aahh…,” akhirnya seluruh tubuh Tante Lilis menegang selama beberapa saat dan kemudian terkulai lemas.

Kulitnya yang putih tampak berubah agak memerah, Tante Lilis mengalami orgasmenya yang pertama malam itu. Dia tergolek lemas dengan mata terpejam dan mulut terbuka sementara itu vaginanya yang merah seperti daging mentah tampak masih berdenyut-denyut mengeluarkan sisa-sisa kenikmatan. Tante Lilis perlahan-lahan mulai pulih kesadarannya setelah beberapa saat terbuai oleh kenikmatan orgasme.

“Doni… enak sekali orgasmenya… mmhh… tante sampe lemes…. rasanya belum apa-apa tulang-tulang tante rontok semua….”

Aku hanya tersenyum. “Gimana tante… udah siap lagi….,” tanyaku menggoda.

“Bentar lagi ya Don… badan tante masih lemes…. dan lagi rasa enaknya masih belum hilang….”

Sementara itu kulihat Santi sudah berdiri di samping tirai pembatas ruangan, ikut menikmati apa yang kami lakukan.

“Santi, kalau mau gabung kesini aja… nggak apa-apa kok,” kataku memancing-mancing.

“Iih… enggak ah, aku cuma pengen ngeliat kalian ML aja kok, soalnya suaranya seru banget sih… sampe Santi nggak bisa tidur.”

“Iya Santi… sini aja lah…, ngapain kamu berdiri di situ… duduk aja di dekat tempat tidur biar bisa liat lebih jelas kalau emang mau liat kita ML,” Tante Lilis ikut menimpali. Santi kelihatan masih malu-malu, aku lalu berdiri menghampirinya dan menariknya ke sisi tempat tidur.

“Tapi kalian nggak apa-apa kalau Santi ikutan ngeliat di sini…?” tanyanya sambil duduk di kursi.

“Ah nggak apa-apa San, malah kami lebih senang lagi kalau kamu juga mau ikutan ML dengan kami, iya khan Don…… Ikutan ajalah sekalian, aku nggak akan bilang sama suamimu asal kamu juga nggak cerita ke suamiku,” kata Tante Lilis sambil melirikku dan aku mengangguk mengiyakan.

Wajah Santi tampak merah, “Ah.. Santi cuma mau liat kalian aja dulu….” Betul dugaanku, sebenarnya Santi mau ikut bergabung hanya saja ia masih malu-malu. Yang dibutuhkannya cuma sebuah alasan yang pas.

Sementara itu Tante Lilis tampaknya sudah pulih sepenuhnya, tangannya mulai meraih penisku dan menuntunnya ke arah liang hangat di selangkangannya.

“Ayo sayang… kita lanjutin lagi…. sekarang punya kamu harus dimasukkan ke sini ya…tante dari tadi pengen ngerasain punya kamu…” Aku hanya tersenyum, sementara itu aku mulai menjilati payudara Tante Lilis dan mempermainkan putingnya diantara kedua bibirku. Tubuh Tante Lilis mulai menggeliat-geliat kembali.

“Ah… Doni… tante jadi konak lagi… punya kamu masukin ya…. sekarang sayang… sekarang… tante udah kepengen banget ngerasain penismu yang keras ini…” Tante Lilis terus merengek-rengek meminta aku memasukkan penis ke vaginanya sementara itu tangannya terus meremas-remas penisku sehingga membuatnya makin mengeras.

Akhirnya perlahan-lahan kubuka paha Tante Lilis sehingga bibir vaginanya membelah dan menampakkan liangnya yang bisa mengundang nafsu birahi setiap lelaki. Dengan perlahan-lahan kutuntun penisku menuju lubang vagina Tante Lilis yang sudah siap menanti sejak tadi, dan… blesss… dengan sekali hentakan ringan penisku masuk ke dalam vaginanya.

“Aahh…” teriak Tante Lilis sambil menaikkan pinggulnya untuk menyambut penisku.


Rupanya Tante Lilis sudah sangat terangsang dan bernafsu sehingga sekalipun dia berada di posisi bawah justru dia yang lebih aktif menggerak-gerakkan pinggulnya. Aku tidak mau kalah ganas dengan tante berumur 40-an ini, kugerakkan pinggulku turun naik dengan sentakan-sentakan yang kuat sehingga penisku terasa masuk ke dalam dengan mantap.

“Aduhh.. Doni… penismu sampai ke ujung… enak banget….mmhh… terus sayang… tusuk yang kuat sayang… tante suka…. mmhh… mmhh…. mmhh… mmhh …mmhh ..” Tante Lilis terus mendesah berulang-ulang seirama dengan tusukan penisku.

Suara kecipak beradunya penisku dengan vagina Tante Lilis dan suara derit ranjang yang bergoyang menyertai desah persetubuhan kami yang ganas. Aku rasa dengan cara seperti ini Tante Lilis tidak akan bertahan lama.

Beberapa saat kemudian Tante Lilis minta ganti posisi, dia ingin berada di atas. Akhirnya aku berbaring pasrah sementara Tante Lilis memposisikan dirinya berjongkok di atasku. Tangannya meraih penisku dan membimbingnya menuju liang vaginanya yang basah kuyup oleh lendirnya sendiri. Begitu penisku masuk, Tante Lilis lalu mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas.

Gerakannya makin lama makin cepat dan desahannya makin keras, 

“Mhh… mmhh.. mmhh….” aku belum pernah merasakan goyangan pinggul seorang wanita seganas Tante Lilis.

Saking keras dan semangatnya goyangan Tante Lilis, beberapa kali penisku sempat terlepas dari cengkeraman vaginanya tapi Tante Lilis dengan sigap memasukkan kembali. Dan akhirnya tidak sampai tiga menit Tante Lilis di posisi atas ia pun mulai mengalami orgasme yang kedua kali….

“Aduh… tante mau keluar lagi sayang… aduuh… mmhh… mmhh… mmhh… aahh!” Tante Lilis menjerit keras berbarengan dengan orgasmenya yang kedua.


Kedua tangannya mencengkeram erat dadaku dan kepalanya mendongak ke atas sementara itu vaginanya menelan habis penisku sampai aku bisa merasakan ujungnya.

Baru kali ini kurasakan orgasme seorang wanita yang begitu ganas dan intens. Seganas-ganasnya Tante Nita, rasanya masih kalah ganas dibandingkan Tante Lilis. Tidak berapa lama kemudian Tante Lilis terkulai lemas di dadaku. Aku melirik ke arah Santi, kulihat dia mulai terangsang hebat melihat “live-show” di depan matanya…

Duduknya serba gelisah dan tangannya meremas-remas ujung bajunya. Aku sendiri sebenarnya belum orgasme, tapi rasanya juga tidak lama lagi. Permainan liar Tante Lilis mau tidak mau membuatku semakin dekat menuju puncak orgasme juga.

Kalau aku sekarang mengajak Tante untuk ML pasti aku tidak akan sanggup bertahan lama, jadi kuputuskan untuk menyelesaikan ronde pertamaku dengan Tante Lilis saja. Setelah Tante Lilis mulai pulih dari orgasmenya, aku balikkan tubuhnya sehingga dia kembali dalam posisi terlentang. Tanpa basa-basi langsung aku menancapkan penisku ke dalam vaginanya.

“Doni… tante masih lemes… sabar sayang…. sebentar lagi…. mmhh… mmhh…” Tante Lilis mencoba mendorongku. Tapi tenaganya tidak cukup kuat, lagi pula hanya berselang beberapa detik kemudian tampaknya Tante Lilis sudah mulai terangsang lagi.

Apalagi setelah telinga dan lehernya kujilati dengan lidahku. Maklum kaum wanita dalam hal persetubuhan sebenarnya jauh lebih hebat dari pria, mereka bisa mengalami orgasme berkali-kali dalam waktu yang singkat kalau mendapatkan rangsangan yang tepat. Aku terus menusukkan penisku berulang-ulang ke dalam vagina Tante Lilis.

“Doni… kamu nakal sekali… mmhh… mmhh …. dasar anak muda….. mmhh… adduuh sayang… nanti tante bisa keluar lagi…. mmhh… Doni… aduuhh…mmhh… tante jadi konak lagi… aahh… kamu ganas sekali….” kurasakan pinggul Tante Lilis yang semula diam pasrah kini mulai mengikuti gerakan pinggulku.

Setiap kali aku menusukkan penisku, pinggul Tante Lilis menyentak ke atas sehingga penisku masuk semakin dalam. Gerakannya yang kembali ganas membuat ketahananku hampir jebol. Perlahan-lahan kuatur posisiku agar bisa menusukkan penis sedalam-dalamnya.

“Tante… udah mau keluar belum…..?”

“Mmhh… iya sayang…. tante udah mau keluar lagi…. mmhh …mmhh…”

“Sekarang kita barengan ya… Doni juga udah mau keluar….” “Hmmhh……. keluarin aja sayang… keluarin semuanya di dalam…. tante siap menampung…. tante udah nggak tahan sayaang.. … tusuk tante yang kuat……. mmhh…. uuh… rasanya penis kamu makin besar….. dorong yang kuat sayang….. iya… seperti itu sayang… iya… masukin yang dalam…mmhh… adduuh… tante keluar lagi…. aahh…aagh….!!”

“Tante… mmhh… aduuh… Doni udah nggak tahan lagii….. aahh…aahh..aagghh…!!” Akhirnya sebuah semburan sperma yang dahsyat ke dalam vagina Tante Lilis menyertai kenikmatan orgasmeku.

Sementara itu tubuh Tante Lilis juga kembali menegang dan berkedut-kedut menahan nikmat orgasmenya yang ketiga malam itu. Tidak lama kemudian tubuh kami saling berpelukan dengan lemas, kami tidak bergerak ataupun berkata-kata untuk beberapa saat karena rasa nikmat orgasme yang bersamaan tadi seolah meluluhkan semua kekuatan dan keinginan kami selama beberapa saat.

Aku dan Tante Lilis hanya ingin diam berpelukkan dan saling menikmati hangatnya tubuh masing-masing, sementara penisku yang terasa makin melemah masih tertancap di dalam vagina Tante Lilis…. Tidak berapa lama kemudian aku membaringkan tubuhku di samping Tante Lilis.


Penisku tergolek lemah kelelahan, basah kuyup oleh campuran lendir vagina Tante Lilis dan spermaku sendiri. Sementara itu dari celah vagina Tante Lilis lelehan sisa spermaku yang berwarna putih kental tampak mengalir keluar bercampur dengan lendir Tante Lilis.

Aku yakin spermaku banyak sekali yang masuk ke vaginanya karena sudah hampir dua minggu aku belum mengeluarkannya. Tante Lilis memiringkan badannya dan mengelus-elus penisku.

“Gila kamu Doni….. belum-belum tante udah keluar tiga kali… kayaknya tante nggak bakalan kuat nih kalau ML sampai pagi….”

“Ah nggak apa-apa tante… khan ada Santi, dia bisa gantiin tante kalau tante udah capek… iya nggak,” kami tertawa cekikikan melirik Santi yang dari tadi tampak duduk gelisah menahan gejolak nafsu.

“Iya Santi, ayo kamu ikutan sini dong… bantuin aku ngerjain Doni… aku nggak bakalan kuat kalau sendiri,” kata Tante Lilis ikut memanaskan suasana.

“Ah… kayaknya aku nggak perlu bantuin Teh Lilis…, tuh liat… Doni punya udah lemes… kelihatannya dia juga udah bakal nggak kuat lagi main dengan Santi….,” kata Santi yang mulai menanggapi ajakan kami dengan setengah menantang.

“Tapi kalau punyaku bisa berdiri lagi Santi mau ikutan nggak…?” pancingku.

“Boleh aja… tapi buktiin dong kalau Doni punya masih sanggup berdiri lagi seperti tadi,” kata Santi. Tampaknya Santi sudah mendapatkan alasan yang pas untuk ikut bergabung.

“Ok… aku akan buktikan kalau sebentar lagi punyaku akan bangun dan keras seperti tadi tapi syaratnya harus Santi yang bangunin yaa…” kataku tersenyum.

“Iya… tapi dibersihin dulu dong… Santi nggak mau bekas Teh Lilis… he… he.. he…” Aku lalu bangkit ke kamar mandi untuk membersihkan penisku dari sisa-sisa cairan hasil persetubuhan dengan Tante Lilis. Saat keluar dari kamar mandi tampak Santi sudah duduk di tepi tempat tidur. Sementara itu Tante Lilis gantian duduk tanpa busana di kursi sambil menenggak sekaleng bir hitam dan menghisap rokok.

“Ayo sini anak muda…. kita buktikan apa kamu masih sanggup bertempur lagi…” kata Santi sambil tersenyum nakal.

Setelah mendapat alasan yang pas, Santi yang sebelumnya tampak malu-malu mulai menampakkan nafsu sex yang tidak kalah dengan Tante Lilis. Aku lalu membaringkan tubuhku di tempat tidur.

Tanpa banyak basa-basi lagi Santi langsung mengelus-elus penisku yang masih terkulai lemas akibat kelelahan setelah bertempur hebat dengan Tante Lilis. Diremas-remasnya biji pelirku dan kemudian Santi mulai menjilat-jilat batang penisku.

Aku mulai merasakan kenikmatan lidah Santi dan remasan lembut tangannya, akibatnya penisku perlahan-lahan mulai menunjukkan tanda kehidupan. Santi mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya, dikulumnya kepala penisku dan dikocok-kocoknya batang penisku dengan tangannya.

Tentu saja tidak berapa lama kemudian penisku mengeras kembali. Merasakan penisku kembali membesar dan mengeras, Santi semakin bernafsu menghisap dan menjilatinya. Perlahan-lahan kulepaskan mulutnya dari penisku.

“Nah, sudah terbukti bisa bangun lagi khan… sekarang giliran Santi memenuhi janji untuk ikut bergabung… gimana?” Santi cuma tersenyum sambil dengan sukarela melepaskan pakaiannya satu per satu dan berbaring di sisiku.

Karena sejak awal aku sudah tertarik dengan payudara Santi yang montok seperti punya Pamela Anderson, aku langsung meremas payudaranya dengan lembut dan mempermainkan putingnya dengan lidahku.

Santi yang sebenarnya dari tadi sudah terangsang mulai mendesah-desah keenakan. Berbeda dengan Tante Lilis, meskipun sudah 3 tahun menikah Santi belum memiliki anak jadi puting susunya masih mungil dan berwarna terang seperti puting susu gadis perawan.

Setelah puas menjilati dan meremas buah dadanya, aku mulai menjelajahi bagian bawah. Perlahan-lahan kujilati bagian perut Santi dan kemudian akhirnya sampai ke daerah “Segitiga Bermuda”. Bulu kemaluan Santi tidak selebat Tante Lilis sehingga belahan vaginanya sudah tampak jelas tanpa harus menyibakkan bulu-bulunya.

Setelah puas menjilati daerah lipatan paha dan daerah bagian atas bulu vagina Santi, aku membuka bibir vaginanya dan terlihatlah liang vagina yang berwarna merah muda dan sangat indah. Ingin rasanya segera membenamkan penisku ke dalamnya.

Mungkin karena belum memiliki anak, kedua bibir vaginanya masih tampak kencang dan tidak menggelambir seperti punya Tante Lilis. Secara refleks jari-jari tanganku langsung masuk menggerayangi lubang vaginanya dan membuatnya melenguh keras,

“Oohh……..” Langsung lidahku menjilati bibir vagina dan klitorisnya dengan lembut. Setiap kali lidahku menjilati klitorisnya, pinggul Santi bergerak maju seolah tidak menginginkan lidahku terlepas dari klitorisnya. Setelah kurasa cukup, akhirnya kulepaskan lidahku dari bagian vaginanya dan aku mulai membuka kedua pahanya. Aku benar-benar sudah tidak sabar ingin segera merasakan kenikmatan vagina seorang Santi.

Dengan lembut kubelai lembut rambutnya, dari matanya kulihat Santipun sudah tidak sabar ingin menerima penisku. Tapi dia bukan Tante Lilis yang secara ekspresif dan terang-terangan mengumbar nafsunya dengan ganas.

Santi hanya menatapku penuh harap sambil nafasnya berdesah-desah tak teratur. Kuposisikan diriku diantara kedua pahanya, lalu perlahan-lahan kubuka bibir vaginanya dan kuarahkan penisku ke liang vagina yang tampak masih sempit. Kuletakkan kepala penisku tepat di depan lubang vaginanya. Lalu dengan lembut tapi pasti kugerakkan pinggulku ke depan sehingga penisku masuk ke dalam vaginanya.

Gila….nih cewek… vaginanya masih sempit sekali, benar-benar seperti seorang perawan. Untung saja Santi sudah cukup terangsang sehingga penisku tidak begitu kesulitan menembus liang vaginanya yang sempit dan basah. Santi tampak menggigit bibir bawahnya dan tangannya meremas pinggangku. Aku sempat berpikir mungkin Santi merasa kesakitan akibat perbuatanku, gerakanku kuhentikan sejenak.

“Sakit sayang…?” tanyaku. Santi menggeleng perlahan.

“Enak sayang….?” kataku lagi. 

Santi hanya mengangguk sambil tersenyum. Sedikit demi sedikit kupercepat gerakanku, vagina Santi terasa makin basah dan gerakan penisku terasa mulai lancar.

Setelah merasakan persetubuhan yang ganas dengan Tante Lilis, persetubuhan dengan Santi terasa begitu lembut dan indah. Kontras sekali bedanya, namun kedua-duanya sama-sama memiliki kenikmatannya yang khas sehingga sulit untuk mengatakan mana yang lebih enak.

Kubelai rambut Santi dan kucumbu bibirnya dengan hangat, kami sungguh menikmati persetubuhan yang indah ini. Sesekali aku melepaskan diri dan meminta Santi untuk bergantian di posisi atas. Diapun melakukannya dengan lembut namun penuh energi, digerak-gerakkannya pinggulnya maju mundur dengan berirama dan penuh tenaga sementara aku meremas-remas buah dadanya yang indah.

Aku rasakan dinding-dinding vaginanya begitu kuat mencengkeram penisku sehingga membuatku makin terangsang. Sementara itu gerakan pinggul Santi makin cepat dan desahannya makin kuat serta tidak beraturan. Santi mulai sulit mengontrol gerakannya sendiri….

“Oohh… mmhh….mmhh… uuhh..” tampaknya Santi mulai dekat menuju orgasme.

“Ahh… Doni… mmhh… Santi di bawah aja ya… Santi takut keluar duluan…..”

“Nggak apa-apa sayang, keluarin aja….”

“Enggak ah… Santi mau keluar barengan sama Doni….” Akhirnya Santi kembali berbaring disebelahku.

Aku langsung mengambil posisi diantara selangkangan Santi dan kembali membenamkan penisku ke dalam vaginanya.

Di posisi ini tampaknya Santi lebih bisa mengatur nafsunya sehingga desahannya kembali teratur seirama dorongan penisku. Kami kembali bercumbu dengan hangat sambil tanganku meremas-remas buah dadanya dan pinggulku turun-naik sehingga kedua tubuh kami pun mulai dibasahi oleh peluh.

Sekarang giliranku mulai merasakan dorongan kenikmatan orgasme mulai menjalari seluruh tubuhku. Rasanya tidak lama lagi pertahananku akan bobol. Gerakanku semakin kuat dan Santi juga merasakannya sehingga dia pun mulai agak mengganas.

Aku mulai melepaskan bibirku dari bibirnya dan mulai mengatur posisi agar bisa menancapkan penisku dengan maksimal ke dalam vagina Santi. Rasanya tidak lama lagi kami berdua akan sampai ke puncak kenikmatan….

“Santi… aku udah mau keluar sayaang…. mmh…. sshh… sshh… mmhh…” aku mencoba sekuat tenaga mengontrol orgasmeku agar bisa bertahan sedikit lagi.

“Santi juga mau keluar sayang… adduhh… penis kamu tambah besar… Santi nggak tahan lagi… mmhh… aaah……mmhh…” Gerakan kami berdua makin cepat dan makin ganas, akhirnya….

“Aahh…. Donii….. mmhh…. aahh…. Santi nggak tahan lagi sayang… aahh… aahh…!”

“Santiii…. aduuh….. Donii keluaar………… aahh…!” Tubuh kami menggelinjang dan bergetar hebat dalam sebuah orgasme bersama yang indah, akhirnya kami berpelukan lemas. Setelah beberapa saat kami berpelukan, aku kembali mencumbu Santi dengan lembut. Kemudian aku merebahkan diriku di sampingnya, kami diam dan saling berpandangan.

“Wow… keren…. hebat….” tiba-tiba kudengar Tante Lilis bertepuk tangan memberi “applaus” untuk persetubuhan kami yang cukup lama dan menggairahkan. Kami berdua cuma tersenyum saja, sudah terlalu lelah untuk berkomentar.


Mungkin lebih dari setengah jam aku dan Santi saling bergumul sebelum akhirnya kami tenggelam dalam kenikmatan orgasme. Tampak Santi tergolek kelelahan disampingku, dia hanya sebentar menoleh tersenyum penuh arti ke Tante Lilis lalu kembali memejamkan matanya.

Sementara itu sisa-sisa spermaku tampak mulai menetes dari celah vagina Santi meskipun tidak sebanyak Tante Lilis. Akupun hanya bisa terbaring lemas, penisku tampak tak berdaya. Tiba-tiba aku merasa sangat haus dan lapar. Aku bangkit lalu mengambil sekaleng bir dan menyantap sebungkus roti untuk mengembalikan tenagaku yang nyaris terkuras habis oleh dua wanita bersuami ini.

“Nanti kalau sudah siap, giliran tante lagi ya… melihat kalian ML tante jadi kepengen lagi lho…. Doni masih kuat khan…?”

“Ok tante,…. Doni masih kuat kok… liat nih… sebentar juga bangun lagi…” kataku menanggapi tantangan Tante Lilis.

Kutunjukkan pada Tante Lilis penisku yang perlahan-lahan mulai agak membesar. Melihat aku mulai segar lagi Tante Lilis merebahkan aku ke tempat tidur di samping Santi yang masih tergolek kelelahan. Tanpa merasa perlu membersihkan penisku dari sisa-sisa persetubuhanku dengan Santi, Tante Lilis langsung mengulum dan mengkocok-kocok penisku hingga perlahan-lahan kembali mengeras dengan sempurna.


Begitu melihat penisku kembali berdiri sempurna langsung Tante Lilis mengambil posisi jongkok dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Seperti sebelumnya, dengan ganas Tante Lilis menggerak-gerakkan pinggulnya sambil mulutnya terus berdesah-desah merasakan nikmat. Santi yang terbaring disampingku lalu membuka mata dan menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan kami.

“Ah.. keterlaluan deh Teh Lilis ini, si Doni belum sempat istirahat udah diembat lagi…. nggak kasian sama anak orang…” Tante Lilis cuma tertawa kecil dan meneruskan goyangan mautnya. Tak berapa lama kemudian Tante Lilis melepaskan penisku dari vaginanya dan meminta aku untuk berganti posisi, dia ingin ditusuk dari arah belakang.

“Doni… tante pengen kamu masukin dari belakang ya…?” Tante Lilis lalu mengambil posisi menungging di sebelah Santi sambil tangannya meraba-raba payudara Santi sambil sesekali lidahnya menjilati putingnya.

Sementara itu aku langsung memasukkan penisku lagi ke dalam vagina Tante Lilis yang sudah merah merekah dari belakang. Merasakan apa yang dilakukan Tante Lilis pada mulanya Santi tampak risih, mungkin dia belum pernah dengan sesama wanita, tapi lama kelamaan dia membiarkan Tante Lilis melakukan aksinya bahkan tampaknya Santi mulai menikmati ulah tangan dan lidah Tante Lilis.

Aku juga tidak tinggal diam, sambil penisku keluar masuk di vagina Tante Lilis tanganku mulai meraba vagina Santi sehingga membuatnya makin terangsang. Kemudian Santi membuka kedua pahanya lebih lebar agar jari-jari tanganku lebih leluasa masuk ke dalam vaginanya. Sementara itu pinggul Tante Lilis mulai bergerak tak teratur dan desahannya makin keras.

“Aaah… mmhh… mmhh…. mmhh….” Aku tahu sebentar lagi Tante Lilis akan mencapai orgasmenya yang keempat. Kupercepat gerakanku dan Tante Lilispun makin tak terkontrol.

“Donii…. aahh…. tusuk yang kuat sayaang…. iya… yang kuat sayang… teruss… teruss… tusuk yang dalam…. tusuk sampai ujung sayang… aahh… tantee keluar lagii……… aaghh…” Tante Lilis mengejang keras dan menyentakkan pantatnya ke arahku sehingga penisku masuk makin dalam.

Kutarik paha Tante Lilis ke arahku dengan maksud supaya dia makin merasakan kenikmatan orgasmenya. Setelah beberapa saat akhirnya Tante Lilis terkulai lemas dan peniskupun terlepas dari vaginanya. Melihat penisku masih berdiri tegang,

Santi langsung mengerti apa yang harus dilakukannya. Dia mengambil alih posisi Tante Lilis dengan menungging di depanku. Dengan perlahan kubuka belahan vagina Santi dan kumasukkan penisku ke dalamnya. Santipun mendesah menahan nikmat saat penisku meluncur ke dalam vaginanya yang hangat dan basah.

Sementara penisku di dalam vaginanya, kedua tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang indah. Santi tampak sangat menikmatinya sehingga pinggulnya mulai bergerak-gerak. Setelah beberapa menit berlalu, Santi tampak mulai kelelahan dengan posisi “doggy-style”.

Santi memintaku untuk melepaskan penis dan diapun kembali menelentangkan dirinya pasrah dengan kedua pahanya terbuka lebar-lebar seolah mengundangku untuk segera membenamkan penisku kembali. Dan akupun menanggapi undangannya dengan senang hati.

Tanpa banyak basa-basi langsung kumasukkan penisku ke dalam liang vagina Santi yang belum sempat dibersihkan dari lendir sisa-sisa persetubuhan kami sebelumnya. Santi sendiri sekarang sudah mulai berani mengungkapkan gejolak nafsunya terang-terangan, dia mulai berani menggerakkan pinggulnya dengan ganas dan mendesah-desah dengan kuat. Rasanya Santi yang sekarang tidak kalah ganas dengan Tante Lilis.

Ini sungguh kejutan bagiku, aku tidak siap menghadapi keganasan Santi yang nyaris tiba-tiba. Hal itu membuat aku nyaris kehilangan kontrol dan hampir mencapai orgasme. Tapi aku tidak ingin mengalaminya sendiri, aku ingin Santi juga bisa merasakannya padahal saat itu kurasakan kondisi Santi masih stabil dan belum mendekati orgasme.

Sekuat tenaga aku berusaha mengontrol nafasku untuk menghambat datangnya orgasme. Tapi rasanya tidak banyak membantu, goyangan Santi yang ganas membuat orgasmeku terasa makin mendekat.

Akhirnya kuputuskan untuk meremas buah dada dan mempermainkan klitorisnya supaya Santi juga cepat terangsang. Ternyata cara ini efektif, dalam waktu singkat gerakan pinggul Santi menjadi semakin kuat dan mulai tidak beraturan, desahan dan lenguhannya juga semakin keras. Aku tahu Santi juga sudah kehilangan kontrol dan mulai mendekati puncak orgasme….

“Santi sudah mau keluar ya…….?” tanyaku.

“Hhmm… iya sayang… adduhh… sebentar lagi Santi keluar…. barengan ya sayang….sepertinya penis Doni juga udah makin besar… mmhh… enak banget….. vagina Santi terasa penuh…. mmhh…. aahh….. fuck me honey….fuck me hard… aahh…. aahh….” Begitu kurasakan Santi hampir mencapai orgasme langsung kupercepat gerakanku, melepaskan tanganku dari klitoris dan buah dadanya sambil mencari posisi yang nyaman untuk melakukan tusukan akhir yang dalam dan nikmat. Dan akhirnya…

“Santi…. aku nggak tahan lagi… keluarin bareng sekarang yukk……”

“Iya sayang…. Santi juga…. aahh… adduhh…. tusuk yang kuat sayang… fuck me…… yess… aahh…uuhh… Santi keluar lagi….aahh…… aagh…!!”

“Oohh…. Santi…. mmhh Doni juga keluaarr…… aagh…!” Akhirnya kami kembali orgasme bersamaan.

Orgasme kali ini sungguh-sungguh menguras energiku, aku tidak tahu apakah aku masih sanggup kalau Tante Lilis minta lagi. Tapi kulihat Tante Lilis juga sudah kelelahan setelah empat kali orgasme hebat yang dialaminya sehingga kami akhirnya memutuskan untuk beristirahat saja.

Kami bertiga tidur saling bepelukan tanpa busana dan hanya ditutupi selimut. Pagi itu aku terbangun, sayup-sayup kudengar suara adzan subuh. Tapi aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Ah… ternyata Tante Lilis sudah bangun lebih dulu dan dia sedang asyik mengulum penisku.

“Aduh… tante… pagi-pagi udah sarapan pisang…” kataku sambil tertawa.

“Hmm.. sorry ya Don,… tante tadi bangun duluan terus tante nggak tahan liat penis kamu. Tante langsung ngebayangin kayaknya enak banget kalau subuh-subuh gini ML lagi dengan Doni… nggak apa-apa khan…?” Kulihat penisku sudah berdiri tegak akibat ulah Tante Lilis.

Tampaknya Tante Lilis sudah sangat bernafsu, nafasnya memburu tak teratur dan pandangan matanya menunjukkan dirinya sedang berada pada puncak birahinya. Sementara itu Santi tampak masih tergeletak pulas disampingku.

“Doni sayang… tante pengen ngerasain penis kamu lagi yaa…. soalnya sebentar lagi khan kita pisah… jadi sekarang tante pengen ML lagi dengan Doni… mau khan…?”

“Masukin aja tante… Doni juga suka ML dengan tante….pokoknya hari ini Doni mau ML sampai kita bener-bener udah nggak kuat lagi…. tante mau khan?”

“Hm…. dengan senang hati sayang….. ssttt… jangan keras-keras nanti si Santi bangun. Kasihan dia masih kecapaian semalam gara-gara ML dengan kamu.”

Ah… kali ini aku akan memberikan sesuatu yang lain untuk Tante Lilis. Aku akan membuatnya mengalami orgasme berkali-kali tanpa sempat istirahat.

Aku rasa ini tidak terlau sulit karena tampaknya Tante Lilis tipe wanita yang sangat sensitif dan mudah mengalami orgasme. Lagi pula karena semalam aku sudah tiga kali orgasme, aku yakin bisa bertahan lebih lama lagi sekarang. Kubiarkan Tante Lilis menaiki diriku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

Seperti biasa dia mulai menaik-turunkan pinggulnya sehingga penisku meluncur keluar-masuk vaginanya. Dengan sengaja kusentakkan pinggulku untuk menandingi gerakannya sehingga membuatnya makin terangsang. Benar saja tidak sampai lima menit Tante Lilis mulai kehilangan kontrol dan melenguh kuat, ia mengalami orgasmenya yang kelima. “Aahh… Doni…. tante keluar…. mmhh… adduuhh… aahh… aahh.. aaghh…!!”

Aku tidak memberi Tante Lilis kesempatan beristirahat. Setelah tubuhnya melemas aku langsung membaringkan Tante Lilis dan membuka pahanya, tanpa basa-basi aku langsung menancapkan penisku ke dalam vaginanya.

Dan kali ini aku menusukkan penisku dengan kuat dan cepat. Benar saja, Tante Lilis tampak kaget dan tidak siap dengan serangan tiba-tiba ini. Tidak sampai tiga menit kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.

“Adduhh… Doni… tante jadi pengen keluar lagi…. aahh… aahh… aahh…” Kurasakan badan Tante Lilis mengejang dan kemudian lemas, ini orgasmenya yang keenam.

Sementara itu penisku masih keras dan besar di dalam vaginanya. Tanpa memberinya kesempatan istirahat aku kembali menggerak-gerakkan penisku dengan kuat dan ganas. Tante Lilis yang belum sempat istirahat untuk memulihkan tenaganya, kembali tergetar oleh rangsangan orgasme yang ketujuh.

“Donni….. kamu nakal…. nanti tante bisa keluar lagi… aduuhh… mhh… aahh… mmhh…. Doni….. tante mau keluar lagii….. aduuhh… aahh….. dorong yang keras sayang… iya… tusuk yang dalam sayang… iya gitu… terus… terus…. jangan berhenti… aahh… aahh… enak sekali sayang… mmhh… tante keluar lagiii… aahh” Kembali aku tidak memberinya kesempatan istirahat, kali ini kuangkat kedua kakinya dan pantatnya kuganjal dengan bantal sehingga penisku masuk semakin dalam hingga menyentuh ujung vaginanya.


Kutusukkan penisku ke dalam vagina Tante Lilis berulang-ulang dengan cepat dan kuat. Hanya berselang satu atau dua menit dari orgasme sebelumnya kembali tubuh Tante Lilis bergetar hebat untuk mengalami orgasmenya yang ke delapan.

“Aahh… Donnii…. uughh…. masukin yang dalam sayang…. masukin sampai ujung…. aahh…. enak banget….. aaahh… gimana nih…. tante bisa keluar lagi…. mmhh…. aahh… aduuhh… tante keluar lagi sayang… aahh.. aahh…..” kali ini tubuhnya menggelinjang cukup lama, pinggulnya berkedut-kedut tidak beraturan, matanya terpejam rapat-rapat dan giginya terkatup menahan kenikmatan yang luar biasa….

Begitu selesai orgasme yang ke delapan, kembali aku meneruskan tusukan penisku. Kali ini tante Lilis sudah mulai merasa tidak kuat lagi, matanya memelas memintaku untuk berhenti.

“Udah dong sayang… tante capek banget…. vagina tante mulai perih sayang jangan cepet-cepet dong… sakit… udah sayang… tante istirahat dulu… sebentar aja… nanti kita lanjutin lagi… kasih kesempatan tante istirahat dulu sayang…” katanya sambil mencoba menahanku.


Tapi aku tidak peduli, memang gerakan diperlambat supaya Tante Lilis tidak merasa sakit tapi aku tetap menusukkan penisku ke dalam vaginanya. Aku sendiri sekarang mulai terangsang berat melihat pandangan sayu tanpa daya seorang wanita yang haus kenikmatan seperti Tante Lilis.

Setelah beberapa saat tampaknya Tante Lilis mulai kehilangan rasa sakitnya dan berubah menjadi rasa nikmat kembali, dia mulai menggerak-gerakkan pinggulnya mengikuti gerakanku. Sekarang aku ubah sedikit posisiku, hanya kaki kiri Tante Lilis yang kuangkat sementara kaki kanannya tergeletak di kasur dan kaki kiriku kuletakkan diatas paha kanannya. Kelihatan Tante Lilis menikmati sekali posisi ini, dia mulai bergairah lagi dan gerakan pinggulnya mengganas kembali.

Tak lama kemudian iapun mengalami orgasmenya yang kesembilan… “Ahh…oohh…Doni….kamu pinter banget sih… aahh… anak nakal…. tusuk tante yang kuat sayang… aahh … aahh… tante keluar lagi…. aahh….. aahh aahh..!,” teriakannya kali begitu keras dan panjang sehingga Santi yang tertidur kelelahan akhirnya terbangun juga. Aku menekan penisku dalam-dalam di vagina Tante Lilis sambil menunggunya kembali siap.

“Udah sayang… tante udah capek… tante nggak kuat lagi sayang…. udah ya sayang… vagina tante udah kebas…… please… tante udah nggak sanggup lagi……”

“Hmm… Doni masih pengen terus tante… soalnya sebentar lagi kita pisah… Doni mau menikmati tubuh Tante Lilis hari ini sampai sepuas-puasnya…” kataku sambil memulai lagi tusukan penisku.

“Ayo dong sayang….. udah dulu… kapan-kapan kita khan bisa ketemu lagi…. tante janji deh…. tapi sekarang udah dulu tante capek banget… tenaga tante udah abis….”

“Yang ini terakhir tante… Doni juga udah mau keluar kok… boleh yaa…” kataku sambil mengecup bibirnya.


Tante Lilis terdiam dan berusaha menikmati permainan penisku yang terus mengganas nyaris tanpa henti. Sementara itu aku sudah merasakan diriku mulai mendekati orgasme juga, penisku terasa membesar dan memenuhi vagina Tante Lilis. Tampaknya Tante Lilis juga merasakan hal yang sama, iapun segera terangsang berat serta mulai mendesah-desah untuk orgasmenya yang kesepuluh.

“Ahh… Doni…. keluarin punya kamu sekarang sayaang… tusuk tante yang kuat… tante juga udah mau keluar sekarang……. aaaahhh..!!” “Ayo tante kita barengan… ini yang terakhir…. aahh Doni keluarr… aaggh…!”

“Aahh…… mmhh… tante juga keluar lagii….. adduhh maakk…enak bangeett…… aaghh…!” Akhirnya kali itu persetubuhan kami benar-benar terhenti dan kamipun berpelukan lemas.

Kukecup bibir Tante Lilis dan perlahan-lahan kulepaskan penisku dari dalam vaginanya. Kulihat vagina tante Lilis sudah sangat merah dan Tante Lilis sendiri masih memejamkan matanya kehabisan energi. Hanya sedikit saja sisa lelehan spermaku yang keluar dari vagina Tante Lilis, rupanya aku sudah mulai kehabisan cadangan sperma.

Tiba-tiba keheningan kami dipecahkan oleh suara Santi,

“Hey… kalian ML kok nggak ngajak-ngajak Santi sih… emangnya kalian kira aku nggak pengen yaa….”

“Sudah berapa lama sih kalian main… kok kayaknya seru banget… Lilis sampai basah penuh keringat gitu…,” lanjut Santi lagi. Tante Lilis hanya menoleh sejenak lalu memberi kode dengan jarinya bahwa ia mengalami 6 kali orgasme pagi itu.

“Enam kali…?? Ah gila juga… bener-bener teteh maniak ML….. Santi baru tau….” kata Santi melotot memandangi Tante Lilis seolah tidak percaya.

“Swear… enggak juga San…. aku baru kali ini kok ML segila ini, gak tau nih siapa yang gila, si Doni apa gue….” kata Tante Lilis membela diri sambil masih terengah-engah kelelahan.

“Santi juga pengen dong sayang…. nggak usah enam kali kayak Teh Lilis tapi Santi pengen ML lagi pagi ini sebelum kita pisah… ya sayang….. please… aku pengen dapet kenang-kenangan yang spesial dari kamu. Ok, honey…..” Tapi tampaknya Santi menyadari kondisiku yang masih lelah kehabisan tenaga.

“Kalau Doni masih cape, pakai tangan atau lidah juga gak masalah kok….. dari tadi aku liat Teh Lilis ML dengan kamu kok kayaknya seru banget, Santi jadi konak kepengen ngerasain juga. Please honey… jilatin punyaku seperti kemarin malam…. Santi suka kok… jilatin terus sampai Santi puas… pokoknya jangan berhenti sebelum aku puas yaaa…… please honey… eat my pussy…. please…”

Santi yang beberapa jam sebelumnya masih malu-malu dan pura-pura tidak mau ikutan kini terlihat mulai berani merayuku dengan genit, di bukanya pahanya dan kedua tangannya menarik bibir vaginanya ke samping sehingga lubang vaginanya yang mungil tampak jelas.

Mau tidak mau akupun kembali terangsang dan mulai melupakan kelelahanku. Aku ingin membuat Santi mengalami orgasme berkali-kali tanpa istirahat seperti Tante Lilis. Karena penisku masih lemas, kali ini aku memulainya dengan lidahku dulu. Kubaringkan Santi di atas ranjang dan pantatnya kualasi dengan dua buah bantal supaya lidahku bisa menjangkau vaginanya dengan mudah.

“Nah… gitu sayang… jilatin vagina Santi… hmmh… enak banget…. Santi belum pernah orgasme pakai oral… sekarang Santi pengen ngerasain… ayoo sayang… bikin aku terbang melayang ke bulan…. c’mon honey… lick my pussy…. mmhh… yesss… I like it… yess… make me cum honey…” Kujilati bibir dan liang vaginanya lalu kupermainkan klitoris Santi dengan bibir dan lidahku sementara itu jari-jari tanganku masuk ke dalam liang vaginanya.

Tampaknya Santi sangat menikmati ini, pinggulnya bergoyang-goyang perlahan serta suaranya mendesah-desah sexy sekali. Setelah beberapa menit akhirnya kuputuskan untuk meningkatkan rangsangan dengan jalan menghisap klitorisnya dengan kuat dan menjilatinya dengan cepat sehingga tubuh Santi mulai bergetar tak beraturan.

Sementara itu jari-jariku terus masuk semakin dalam sampai menyentuh g-spotnya. Ini membuat Santi menjadi makin tak mampu mengontrol dirinya lagi, pinggulnya bergetar keras hingga akhirnya dia mengalami orgasmenya yang ketiga.

“Mmhh Doni… adduhh… Santi nggak tahan lagi adduuhh… terus isep yang kuat… c’mon honey…. mmhh… yess…. I’m cumming…. I’m cumming…… aduh enak bangeett…. aahh… oohh…. oohh…!!” tubuh Santi mengejang keras, giginya terkatup rapat, matanya terpejam dan tangannya mencengkeram kasur dengan kuat.

Tapi aku tidak menghentikan permainanku, klitoris dan g-spotnya terus aku rangsang sampai akhirnya setelah hampir semenit berlalu tubuh Santi yang menggelinjang mulai terkulai lemas kehabisan tenaga.

Aku ingin Santi merasakan orgasme yang terus-menerus tanpa henti seperti Tante Lilis. Santi masih tergolek lemas di tengah tempat tidur, sementara itu penisku sudah mulai menegang kembali setelah mendapatkan cukup waktu beristirahat.

Santi yang belum sadar akan apa yang terjadi tiba-tiba kaget karena aku memasukkan penis ke dalam vaginanya yang masih berdenyut-denyut akibat orgasmenya yang terakhir.

“Aduhh… Doni sayang… kamu ganas banget sih…. Santi masih capek nih…. istirahat dulu yaa…. please honey…” Aku tersenyum dan menggelengkan kepala perlahan sambil terus menancapkan penisku ke dalam vaginanya.

Akhirnya tidak berapa lama kemudian Santi mulai terangsang juga, dia mulai menikmati sodokan penisku dan mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya pertahanan Santi mulai bobol. Ia mulai kehilangan kendali dan tubuhnya bergetar-getar merasakan orgasmenya yang ke-empat.

“Donni….. mmhh… gimana nih… Santi bisa keluar lagi sayang……. aduhh… aahh… keluar lagi deh… aahh….. mmhh…. aahh…!” kedua tangan Santi mencengkeram punggungku sementara itu kakinya menjepit kuat pinggulku.

Aku membiarkan penisku tertancap dalam-dalam di vagina Santi dan membiarkan dia menikmati orgasmenya. Begitu cengkeraman Santi mulai melunak aku mulai lagi melanjutkan goyangan penisku di dalam vaginanya. Santi tampaknya kaget setengah mati dan benar-benar tidak siap mendapat serangan beruntun ini.

“Doni… udah dulu dong sayaang… Santi masih capek….. Santi lemes banget sayang…. please…. gimme a break, honey….” Tapi sama seperti dengan Tante Lilis sebelumnya, aku tidak ambil peduli.

Aku terus menusukkan penisku ke dalam vaginanya, makin lama makin cepat… sampai akhirnya Santi mulai terangsang lagi untuk yang kesekian kalinya dan kembali ikut bergerak aktif.

“Doni… gantian ya… Santi pengen di atas….” Aku lalu merebahkan diriku dan membiarikan Santi menaiki tubuhku sambil membenamkan penisku ke dalam vaginanya.

Kali ini Santi benar-benar sudah belajar banyak dari Tante Lilis, gerakannya mulai ganas dan liar. Desahan-desahan kenikmatannya benar-benar membangkitkan nafsu. Akhirnya Santi mulai mengalami puncak kenikmatan orgasmenya yang kelima, gerakannya makin liar terutama saat membenamkan penisku ke dalam vaginanya dan desahannya berubah menjadi jerit kenikmatan.

“Donii…. aahh… Santi udah nggak tahan…uuhh… mmhh …..Santi keluar lagi…. mmhh… yess…. I’m cumming… aahh… aahh……!!” Akhirnya pinggul Santi menghujam keras ke bawah membuat penisku terbenam sampai ke ujung vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat luar biasa yang menjalari tubuhnya. Dan Santipun terkulai lemas di atas tubuhku.

Kelihatan Santi sudah begitu lemas setelah orgasmenya yang kelima, tapi sudah kepalang tanggung. Aku sudah terangsang berat dan belum orgasme. Kubaringkan Santi yang masih memejamkan mata, lalu perlahan-lahan kubuka pahanya dan kuarahkan penisku ke liang kenikmatannya.

“Aduh… jangan sayang… uuh… sakit sayang… vagina Santi udah mulai ngilu…. berhenti dulu yaaa… istirahat sebentar aja… nanti boleh lagi….” Santi mencoba menolakku, tapi tubuhnya yang sudah lemah tidak kuasa menahan masuknya penisku ke dalam vaginanya.

Akhirnya ia tergolek pasrah di bawah berat tubuhku yang menindihnya. Aku tidak ingin menyakiti Santi, sebaliknya aku ingin memberinya kenikmatan. Maka aku menggerak-gerakkan pinggulku dengan hati-hati supaya penisku bergerak dengan lembut di dalam vaginanya yang sudah over-sensitif.

Kalau Santi terlihat kesakitan aku berhenti sebentar, setelah itu aku lanjutkan lagi dengan gerakan yang lembut. Sesekali kucumbu bibirnya, lalu kujilati leher dan telinganya agar nafsunya bangkit kembali sehingga akhirnya perlahan tapi pasti libido Santi mulai naik kembali.

Ia mulai bisa merasakan kenikmatan yang diberikan penisku. Matanya mulai terpejam merasakan nikmat dan dari mulutnya yang mungil kembali keluar desahan-desahannya yang khas dan sexy. Beberapa saat kemudian tampaknya Santi benar-benar sudah pulih, rasa sakitnya sudah tergantikan sepenuhnya dengan rasa nikmat.

Ia mulai menggerakkan pinggulnya dengan ganas sehingga akupun harus mempercepat tusukan penisku untuk mengimbanginya. Aku merasakan Santi sebentar lagi akan mencapai orgasme, dan begitu juga aku.

“Doni sayang… Santi mau keluar lagi….. adduhh… adduhh… enak banget… mmhh… c’mon honey… fuck me harder…. yess…. aahh… masukin yang dalam sayang… adduuh… mmhh…. adduhh… Santi keluar lagii…. mhh… aahh… I’m cumming…. aahh!”

“Ayo Santi…. kita barengan yaa sayang……. mmhh… aahh…!!” Akhirnya aku menumpahkan sisa persediaan spermaku yang terakhir ke dalam vagina Santi, sementara tubuh Santi menggelinjang hebat menahan nikmat orgasmenya yang keenam.

Kali ini aku benar-benar sudah kehabisan tenaga, seandainya Tante Lilis masih mau ML rasanya aku akan menyerah saja. Untunglah kami bertiga sudah benar-benar kelelahan sehingga tidak ada satupun dari kami yang berani meminta lagi.

Tanpa sadar hari sudah terang dan waktu menunjukkan jam 7 pagi, setelah beristirahat sejenak kami pun akhirnya mandi bersama dan bersiap-siap meninggalkan hotel. Di perjalanan pulang masing-masing kami mulai berkomentar tentang perasaan nikmat yang kami alami…

“Doni… kamu keterlaluan, tante sampai lemes dan kaki tante sampai sekarang masih gemetaran. Veggie tante juga rasanya masih kebas… belum pernah tante orgasme sampai sepuluh kali seperti kemarin… kayaknya jatah ML sebulan habis dalam semalem deh….”

“Iya nih… Santi juga sampai teler banget, tega banget sih kamu sayang… kayak besok kita nggak bisa ketemu lagi aja….! But anyway thanks ya… Santi belum pernah ML senikmat ini… I feel great…. kapan-kapan Santi mau ikutan lagi yaa…”

“Aduh… Tante Lilis dan Santi juga nggak kira-kira ganasnya, Doni sendiri juga sudah kehabisan tenaga. Untung aja tante nggak minta nambah lagi, ML yang terakhir dengan Santi tadi bikin Doni bener-bener udah nggak kuat lagi. Tapi ngomong-ngomong kapan kita bisa ketemu lagi tante… Terus terang ini pengalaman Doni yang pertama ML dengan dua cewek cantik sekaligus dan Doni kayaknya ketagihan pengen lagi… Doni nggak bisa lupain pengalaman ini.”

“Itu gampang diatur… ini kartu nama tante, Santi juga kerja di kantor yang sama. Nanti kapan-kapan kalau Doni pengen ketemu tinggal telpon aja, bisa kita atur waktunya.

Yang jelas tante nggak mau ketemu sendirian dengan Doni, paling tidak tante akan ajak Santi atau tambah cewek lain biar gantian Doni yang kita habisin sampe nggak bisa bangun…ha…ha…ha…”

“Atau kalau tante mau ketemu tante bisa dateng ke kolam renang hari Jumat, Doni rutin berenang di sana setiap hari Jumat….” kataku memberi alternatif. Setelah mengantarkan aku ke kolam renang untuk mengambil motor kami pun berpisah.

Tante Lilis sempat berusaha menyelipkan beberapa lembar uang seratus-ribuan ke kantongku tapi aku menolaknya dengan halus. Aku tidak ingin mengganti petualangan yang bebas dan menyenangkan ini menjadi suatu profesi yang bisa mengganggu kuliah dan masa depanku.

Setelah kejadian itu kami sempat beberapa kali mengadakan pertemuan dan mengulangi pesta seks, kadang di semarang, kadang di Yogyakarta, atau di Surakarta lagi. Sekali waktu Tante Lilis pernah mengajak seorang temannya lagi dan itu benar-benar membuatku kehabisan tenaga karena harus mengalami orgasme sampai delapan kali dalam semalam untuk melayani tiga orang wanita yang haus akan kenikmatan syahwat.


Sayang sekali petualangan bule ini terpaksa harus berakhir setelah Tante Lilis dan Santi terlibat perselisihan akibat urusan kantor. Meskipun demikian pengalamanku bersama mereka masih terus kuingat sampai sekarang dan sering menjadi fantasi seksualku saat aku bercinta dengan istriku