Membuat Gadis Sangean

Saya Nadie, perempuan berusia 23 tahun. Saya bekerja di salah satu kantor di kota kelahiranku. Saya memahami seks semenjak SMP, dikala itu berciuman merupakan ciri fakta kedewasaan. Ciuman pertamaku terjalin kala saya tiba kelas 3 SMP. Bukan cuma hanya ciuman namun pula grepe. Dikala itu, toket besarku yang jadi sasaran temanku. Yah, saya memperoleh first kiss malah bukan dari pacarku.

7 tahun telah toketku tidak ada yang memegang. Tidak ada yang memuaskan saya. Sebab sepanjang 7 tahun itu saya menjomblo. Malas menjalakan ikatan. Belum lama, saya merasa gairah seksku kembali meninggi usai saya mendownload aplikasi anonim. Tidak ku sangka disitu banyak berkumpul orang- orang dengan gairah seks yang besar. Tidak ayal, gairah seksku yang telah lama terpendam kembali menggebu- gebu.

Namanya Elyan, saya mengenalnya dari aplikasi anonim. Dia tinggal di satu kota yang sama. Kami dipertemukan kala saya iseng membuat status soal eksibionis. Entahlah, sehabis 7 tahun tidak dijamah saya malah merasa terus menjadi liar. Saya mau masing- masing orang memandang tubuhku, paling utama toket gedeku. Saya mau masing- masing orang merasakan menyusu di toketku yang berdimensi 38 D.

Pendek cerita kami silih berkenalan. Elyan menawarkan saya buat berupaya triknya supaya lamban laun saya dapat terus menjadi berani serta jadi binal. Entah setan mana yang lagi merasukiku, saya mengiyakan tawaran Elyan. Sebab kami belum dapat berjumpa, Elyan cuma membimbingku via chat whatsapp.

Sebelum mengawali aktivitas di lua, tiap malam, Elyan menyuruhku buat melaksanakan seks yang sedikit agresif. Bila saya dirumah, saya tidak boleh memakai bra serta dikala tidur saya tidak boleh memakai baju apapun alias bugil. Saya pula wajib mempersiapkan jepitan pakaian dan es batu buat ritual setiap malam kami. Lewat chat via whatsapp ia membimbingku buat memainkan puting susuku.

Dengan jepitan yang telah disiapkan, saya menjepit kedua putingku. Awal mulanya saya merasakan kesakitan hingga saya menangis. Tetapi lambat- laun, entah mengapa saya malah merasa keenakan. Terdapat rasa geli nikmat yang saya rasakan di putingku. Kala saya merasa kegelian itu lah, Elyan menyuruhku buat memainkan klitorisku. 5 menit saya memainkan klitorisku, ku rasakan memekku seolah berkedut serta mau menghasilkan suatu. Tubuhku juga mengejang, saya menggapai orgasmeku dengan kondisi kedua puting masih terjepit. Sehabis menggapai orgasme, saya menyudahi ritualku. Sempat sesuatu dikala saya tanyakan tujuan dari ritual ini, serta Elyan bilang, bila ini hendak membangkitkan gairahku serta membuatku senantiasa merasa mau di buai di bagian toketku. 

Setelah berjalan satu bulan, dia membimbingku melaksanakan itu. Sampai kurasakan benar apa yang dibilang Elyan, toketku jadi sensitif. Saya jadi senantiasa mau memainkan toketku paling utama putingnya. Sehingga terkadang dikala di kantor, diam- diam saya hendak memainkan toketku. Membuka sebagian kancing kemejaku serta merendahkan braku, setelah itu menutupi tanganku yang lagi memainkan puting susuku.

Esoknya, saya menerima suatu paket yang tidak saya tahu. Tidak lama, Elyan menghubungiku, mengatakan bila itu merupakan paket darinya selaku hadiah sebab saya telah dapat melewati ritual sepanjang satu bulan. Dia bilang, paket itu hendak membuat saya jadi terus menjadi binal. Sesampainya dirumah, saya lekas membuka paket tersebut serta ku temukan suatu vibrator untuk buah dada serta suatu dildo karet. Malamnya, dengan bimbingan Elyan saya menggunakan vibrator tersebut. Saya menjepit kedua putingku serta setelah itu ku nyalakan remotnya sehingga vibrator tersebut bergetar serta memunculkan sensasi geli pada putingku.

"Aaahh… aaahhh… " aku tidak kuat menahan rangsangan, saya saat bermastrubasi.

Besok hari, Elyan memintaku buat memakai virbator tersebut ke kantor. Saya mengiyakan walaupun dengan sedikit terpaksa. Dikala jam rehat, saya mengarah ke kamar mandi buat menyelesaikan hasratku dibantu oleh Elyan via call. Saya tekan tombol pada vibrator tersebut sehingga putingku bergetar. Aaahh… aaahh… saya kemudian memainkan klitorisku. Saya membayangkan bila Elyan lagi terdapat disini, mengentotiku sembari memainkan klitoris serta menyusu padaku. Aaahhh… Ooohhh… kocokan jariku di memekku kian kilat, saya jugasudah tidak menghiraukan bila desahanku terdengar oleh seorang. 

Aaaaaaaaaahhhh… tidak perlu waktu lama, cuma 5 menit saya kemudian keletihan karna menemukan orgasmeku.

“ Enak, sayang?” suara Elyan terdengar puas diseberang situ.

“ Iya.”

“ Bagus. Kalo gitu saat ini kamu boleh rehat. Nanti jangan kurang ingat. Waktu jam pulang, kamu wajib mengaktifkan vibratornya kembali. Kamu rasakan sensasinya pulang kembali ke rumah sembari puting bergetar. Okay, sayang?” Saya cuma mengiyakan.

Dikala jam kembali datang, sama seperti keinginan Elyan saya kemudian menghidupkan vibrator itu. Saya betul- betul terbuai kenikmatan oleh metode Elyan memperlakukanku. Selama jalan pulang, saya memilih buat melepas rokku. Sesekali dikala lampu merah, saya kembali memainkan itilku. Kala telah hampir rumah, ku amati di hpku terdapat panggilan dengan nama Elyan.

“ Sudah dirumah?”

“ Ehm. Iya sudah.”

“ Bagus. kalo gitu jangan masuk rumah dahulu. Cepat saat ini lepas seluruh bajumu serta masturbasilah di mobil.”

“ Eh tetapi, Yan”

“ Sudahlah. Jangan membantah, Nad. Jika kalian ngga nurut, saya dapat sebar gambar toket serta memekmu.”

“ Jangan, Yan. Oke. Saya hendak masturbasi.”

“ Bagus. Saat ini lepas seluruh pakaianmu.” Akupun melepas seluruh pakaianku yang tersisa ialah kemeja kantor serta bh.

“ Kalo sudah saat ini atur getaran vibratormu ke yang sangat besar.”

“ Aaaaahh… ahhh… sudah, Yan. Ooohh… Sakiit… Tetapi enaak…”

“ Aaaaaaahhhh…” saya hendak memainkan klitorisku kala diseberang situ Elyan malah melarangku.

“ Jangan dalu mainkan memekmu. Nikmati dahulu getarannya. Bayangkan saya terdapat disitu serta memandang tingkah liarmu. Saya pula bawa teman- temanku serta mereka melihatmu kelonjotan menahan nikmat sebab vibrator itu.”

“ Aaaahh… Yan. Aaaaaahhh…”

“ Mari, Nad. Bayangkan apapun yang membangkitkan sisi liarmu.”

“ Ooohhh…Yann… Toketku… Aaahhh…. Aaaaaaaaaaaaahhh….” akupun orgasme tanpa sedikitpun memegang memekku.

“ Gimana, sayang? Lezat kan?”

“ Ah, edan. Saya orgasme tanpa memainkan memekku, Yan.”

“ Haha. Seperti itu ciri kalo kamu sudah jadi binal, Nad. Hanya butuh di mainin toketnya aja udah kelonjotan.” Entah mengapa saya malah bahagia kala Elyan telah menganggapku binal.

“ Tetapi memekmu masih gatal kan, sayang?”

“ Eehmmm.. Sesungguhnya iya.”

“ Bagus. Kalo gitu saat ini kamu ambil dildo serta mainkan dildo itu di klitoris kamu.” Akupun menuruti keinginan Elyan.

“ Aaaahhh… Ooohhh…” Saya kembali mendesah dikala dildo itu menggesek klitorisku.

“ Gimana, sayang? Lezat?”

“ Aaah… Iyaa… Enaak. Ooohhh, Yaaan…”

“ Kalo lezat, kamu ingin nanti main sama kontolku?”

“ Aahh… Hhmmm… Iyaa.”

“ Bagus. Kalo kamu ingin, bilang kalo kamu siap jadi lonteku.” 

Saya masih memainkan dildo di klitorisku. Sedangkan vibrator buah dada saya nyalakan kembali.

“ Eehmm.. Yaah.. Saya lontemu, Yan.”

“ Kalo gitu, nanti waktu kita ketemu. Kamu ingin apa, sayang?”

“ Aaahhh… ahhh… ingin kontol… kontolmu. Aaahh…”

“ Baguus. Saat ini kamu masukin dildo itu ke dalam memekmu.”

“ Ooohh… Aaahhhhhhh….” dildo itu sukses masuk dalam memek sempitku.

“ Setel vibrator di toketmu dengan getaran paling tinggi, Nad.” Lagi- lagi saya menuruti suara Elyan di seberang situ.

“ Aaaaahhh… aaahhh… Yaaan… Kontolmu… Aahhh…. Entotin saya.” Saya membayangkan bila dildo yang terdapat dalam memekku ini merupakan kontol Elyan.

“ Aaaaahhh… aaaahhh… Oooohhh…. Eehhhhmmm…” saya kian memesatkan gerakan dildoku.

“ Ooogggghh… Yaan, saya sam.. pee… Aaaaaaaahhhhhhhh…” badanku juga mengejang. Buat kedua kalinya saya merasakan orgasmeku. Kali ini lebih hebat dari yang awal.

“ Haha. 8 menit. Bagus. Kalian hanya dapat bertahan 8 menit. Perempuan memanglah telah sepatutnya menemukan orgasme dengan cepat.” Saya masih mengendalikan nafasku dikala Elyan berdialog panjang lebar di tempat lain.

“ Oke. Kamu boleh rehat, Nad. Lusa saya mau berjumpa. Serta ingat, dikala berjumpa, saya ingin kalian gunakan kemeja putih tanpa dalaman. Bye. See you, lonteku.” Elyan setelah itu menutup teleponnya, sedangkan tanpa ku sadari, saya tertidur didalam mobil.

Saya lagi mematut diri di depan kaca. Hari ini hari Pekan, saya telah janjian dengan Elyan buat berjumpa di suatu restoran mall. Semacam perintah Elyan tadinya, saya memakai kemeja putih tipis tanpa dalaman. Entah mengapa saya wajib memilah kemeja ini, sementara itu saya pula mempunyai kemeja putih lain yang lebih tebal serta tidak seberapa menerawang. 

Untuk bawahan, saya memilah memakai rok panjang bercorak blue denim. Sedangkan bagian atas saya memakai jilbab bercorak senada dengan rokku. Saya terbiasa memakai jilbab dengan disampirkannke balik sehingga saat ini putingku jelas nampak membayang dari kemeja ini. 5 menit setelah itu, saya telah terletak di dalam mobil. Satu chat masuk, Elyan.

“ Sudah cocok request kan, sayang?”

“ Iya. Sudah kok.”

“ Pap dong.”

Saya juga mengirim gambar selfieku kepada Elyan.

“ Wah edan. Itu pentil udah ngeras aja.”

“ Ih apaan sih.” Saya juga pura- pura malu serta jual mahal.

“ Haha. Masih aja jual mahal. Baguslah, paling tidak ritual yang saya ajarin sukses. Kamu mulai terbiasa buat eksib serta nampak terus menjadi binal.”

Saya juga memilah tidak membalas pesan Elyan karna fokus menyetir. 10 menit perjalanan, saya hingga di parkiran mall. Saya mendatangi Elyan tetapi tidak terdapat jawaban.

“ Ish. Dimana sih ia.” Tidak lama, masuk chat dari Elyan.

“ Masuk aja, Nad.” Saya juga turun dari mobil serta melangkah mengarah mall. Di selama mall, orang- orang melihatku dengan pemikiran aneh. Sebagian menatapku dengan pemikiran nafsu. Security yang biasa berjaga di pintu mall pula membagikan senyum mesum.

Saya kembali menelepon Elyan buat membenarkan keberadaannya. Tetapi lagi- lagi teleponku tidak di gubris. Malah ia kembali mengirim chat padaku.

“ Sayang, tolong saat sebelum kesini, kamu belikan saya minuman bubble di dasar ya.”

“ Kamu ke dasar pula dong. Saya malu nih di liatin orang- orang.”

“ Lah, mengapa malu, Nad? Bukannya kalian suka jadi pusat perhatian? Mereka tuh kagum sama tubuhmu. Terlebih sama toket kalian yang nantang gitu.”

“ Ih, tetapi kan, Yan..”

“ Udah gapapa, Nad. Saat ini ini aja deh, bayangin aja waktu kamu lagi antri, seketika terdapat yg meluk kamu dari balik terus ngeremes toket kalian.”

“ Ih, mana terdapat pria yang berani kaya gitu.” Saya menyangsikan perkata Elyan saat sebelum kesimpulannya saya merasakan hal tersebut terjalin pada diriku sendiri.

“ Nngghh…” saya merasa suatu tangan saat ini meremas toketku. Entah siapa, saya belum berani berputar tubuh sebab khawatir orang yang dibelakang- belakang hendak curiga.

“ Ssstt… Jangan amati balik. Fokus ke depan supaya ngga pada curiga.”

“ Mmmhhh…” saya juga berupaya menahan desahanku dengan metode menggigit bibir.

Edan. Siapa ia yang berani- beraninya berbuat mesum seperti ini. Yang lebih edan lagi, saya tidak menyangka bila saya menerima serta pasrah pada apa yang ia jalani.

“ Mmmmhhh…. hhhhhh…” saya mendesah kecil kala orang ini memainkan putingku. Sebab desahanku seperti itu, orang yang lagi mengantri didepanku hingga menoleh. Sedangkan tangan lelaki ini masih saja terus mempermainkan putingku.

Game lelaki ini menyudahi pas kala saya telah terletak didepan kasir pemesanan. Saya memesan cocok dengan instruksi Elyan. Sehabis memesan, saya langsung mencari tempat duduk serta menjauhi lelaki tadi.

“ Hai. Gimana? Lezat diremas didepan universal?” Lelaki yang tadi mempermainkan toketku seketika saja mendatangiku serta duduk disebelahku.

“ Lu siapa sih. Jangan kurang ajar ya.”

“ Haha. Kamu belum sadar saya ini siapa.” Lelaki itu kemudian menghasilkan ponselnya serta menelpon seorang. Kemudian tidak lama nada dering panggilan handphone- ku berbunyi.

“ Kamu? Elyan?” saya bertanya membenarkan.

“ Haha. Iya, sayang.” Elyan kali ini langsung menciumku. Saya yang telah nafsu semenjak tadi langsung saja membalas ciumannya. Mmmhh… hhmmm… Kami telah tidak lagi mencermati keberadaan kami. Elyan saat ini apalagi dengan berani membuka kancing kemejaku. Beruntung, atmosfer dekat store minuman ini telah kembali hening.

“ Oh, shit. Gede banget, Nad.”

“ Ehm.. iya, Yan. Kamun suka kan?”

“ Suka banget. Edan. Ini putingnya terlebih.”

“ Ssshhh…” saya mulai mendesah kembali kala Elyan memainkan putingku.

“ Ehem..” kami kaget kala seketika terdapat ojol yang turut duduk disebelah kami.

“ Numpang duduk ya, mas, mbak.”

“ Iya, pak. Silahkan.” Elyan mempersilahkan ojol tersebut duduk disebelah kami. Sedangkan saya langsung membenahi kancing kemejaku.

“ Gausah dibenahi, Nad. Hari ini fantasimu akan terwujud.” bisik Elyan.

Saya yang belum pernah menanyakan maksut perkataannya langsung sadar kala Elyan mengajak ngobrol ojol tersebut.

“ Pak, kenalin, aku Elyan. Ia lonte aku. Bapak ingin bergabung nyusu sama ia? Kebetulan ia memiliki fantasi buat nyusui 2 laki- laki sekalian.”

“ Eh?” saya tertegun mendengar omongan Elyan.

“ Emang gak papa, mas?”

“ Gak papa, Pak. Ayo silahkan. Sembari aku menunggu antrian aku.”

Elyan serta ojol tersebut setelah itu mengelus putingku bertepatan.

“ Eehmmm…”

“ Enak, Lonte?”

“ Eehhmm… Yaah… Aaahh…” Saya kembali mendesah kala ku rasakan salah satu putingku basah dijilati oleh suatu lidah.

“ Haha. Bagus. Saat ini bilang makasih dong sama ayah ojol. Ia udah menuhin fantasimu loh.”

“ Hhhmm.. Ahhh… Makasih… Phaak..” bukannya menanggapi, ayah Ojol tersebut malah menggigit serta mempermainkan puting susuku. Begitu pula dengan Elyan, sehingga saat ini saya menyusui 2 pria.

“ Eeehhmmm…”

Elyan setelah itu menyingkap rokku sehingga memekku saat ini nampak jelas.

“ Aaaaahhhh…” desahanku terus menjadi keras kala Elyan mulai mempermainkan klitorisku. Bapak ojol yang sebelumnya lagi menyusu saat ini menatapku dengan takjub. Dia kemudian mencermati Elyan yang lagi menyusu serta mempermainkan memekku.

“  Bapak ingin mainin memeknya ia?”

“ Ingin, mas.”

“ Mainin klitnya aja, Pak. Jangan sampe masuk lubangnya. Kalo Bapak sukses buat nih lonte orgasme, ayah aku kasih duit 250. 000.”

“ Aaaahh… ooohhh…” tanpa berpikir panjang, ayah Ojol tersebut memainkan klitorisku serta saat ini mulutnya kembali mengenyoti putingku.

“ Aaaahhh… Ooohh… Phaaak…”

“ Nikmati, sayang. Bapak ini hendak membuat kamu kelonjotan.” Elyan kali ini membisikkan perkata mesumnya sehingga membuat gairahku terus menjadi naik.

“ Eehhmm… Aaahhh… Paaak… Oohh…” saya terus menjadi kelonjotan kala gesekan jari ayah Ojol di klitorisku mulai cepat.

“ Nikmati, sayang. Kamu saat ini lagi menyusui Ojol yang kamu gak kenal. Ia apalagi saat ini memberimu kenikmatan.” Elyan kembali mengomporiku.

“ Aaahhh… ooohhh… Yhaa, Phaaak… Aku mauu… Aaaahhhh….” ku rasakan memekku menyemburkan cairan kenikmatan bertepatan dengan badanku yang mengejang. Ojol tersebut masih saja memainkan putingku.

“ Kak Nadie.”

“ Iyaa.” Saya menyahut panggilan dari pelayan store.

“ Pak, udah, Pak.” Ayah Ojol tersebut baru melepaskanku sehabis meninggalkan satu cupangan di toketku.

Saya juga mengambil pesanan serta balik mengarah sofa tempat Elyan menungguku.

“ Gimana, Nad? Enak kan?”

“ Heem.”

“ Yaudah, kamu minum dahulu gih. Habis ini kita langsung ke mobil lu aja ya. Gue dah gak tahan.”

Saya juga meneguk habis minumanku sembari Elyan mempermainkan pentilku. Sebagian orang yang menunggu pesanan menatapku dengan jijik. Tetapi saya sudah tidak peduli.

Setelah saya menghabiskan minumanku, kami langsung mengarah ke mobilku. Didalam mobil, Elyan langsung menciumku.

“ Mmmhhh…” saya yang menemukan serbuan tiba- tiba juga pernah gelagapan. Tetapi saya lekas membiasakan diri serta membalas ciuman Elyan. Lidah kami silih bertaut serta kami silih bertukar air liur.

Tangan Elyan saat ini telah terletak di toketku. Meremas- remas dan memainkan puting susuku.

“ Hhhmmm… Yaan…”

“ Haha. Enak, Nad?”

“ Iyah, Yan…” Kemejaku dilepas serta dilemparkannya ke jok belakang. Sedangkan tempat dudukku di sejajarkan sehingga posisiku saat ini telentang walaupun tidak lurus 180derajat. Posisi ini membuatku terus menjadi nampak menggairahkan dengan toket yang membusung indah.

“ Oh shit. Ini toket gede banget sih, Nad.”

“ Eemhh.. Iyah, Yan.”

“ Emang lu cocoknya jadi lonte, Nad.” Elyan saat ini mulai menjilati puting susuku.

“ Oohh yaaah.. Saya memanglah lonte, Yan.” Saya terus menjadi tidak dapat menahan birahiku.

Sluurrpp.. sluurrpp… Tangan Elyan saat ini telah terletak di memekku. 2 jarinya telah masuk dalam memekku sedangkan jempolnya memainkan klitorisku.

“ Aaaahh… Ooohh… Aaahhh… Yyaaaah…” saya mulai mendesah tidak karuan. Saya telah tidak peduli jika kami di grebek. Yang saya ingin saat ini cuma hingga pada puncak kenikmatan.

Kocokan Elyan di memekku terus menjadi cepat membuat tubuhku terus menjadi menggelinjang. Ditambah gigiran serta jilatannya pada putingku membuatku terus menjadi melambung.

“ Aaahh… Yaan. Saya mauu…” Mendadak itu, Elyan menyudahi memainkan memekku serta membebaskan mulutnya dari toketku.

“ Ah, Yan, kok selesai?”

“ Menyudahi apa sayang?”

“ Itu.. mainin memekku.”

“ Ingin dimainin lagi?”

“ Iya.”

“ Bilang, dong.”

“ Hmm, Yan, please mainin memekku lagi.”

“ Saya mainin gunakan kontol ya, Nad?” Elyan yang saat ini telah melepas celananya mulai menindih tubuhku serta memainkan kontolnya di klitorisku.

“ Aah… Iyhaa, Yan.. Masukin..”

“ Masukin apa, Nad?” Elyan terencana mempermainkan nafsuku.

“ Ah.. masukin kontolmu. Aaahh…” Saya menggerakkan pinggulku sendiri mencari kontol Elyan supaya masuk pas di lubang memekku.

“ Bilang dalu kalo kamu lonteku, Nad. Kamu hendak melayaniku kapanpun saya ingin.”

“ Aaahh… Yaah, saya lontemu, Yan. Entot saya. Saya siap melayanimu setiap saat. Entot saya. Aaaaaaaaaaaahhhhh….” saya berteriak kecil dikala kurasakan Elyan dengan agresif menusukkan kontolnya ke memekku.

“ Aaahh… Oohh… Sakit, Yan.. Aahh…”

“ Nikmatin, Nad. Nikmatin aja sakitnya, nanti kalian pula bakal keenakan saya entot.” Elyan menggenjotku sengan ritme pelan- cepat membuatku lama- lama mulai menciptakan kenikmatan.

“ Aaahhh… Yan… Enaaak… Aaahhh…” Elyan masih memompa memekku dengan ritme yang sama. Sedangkan mulutnya saat ini telah kembali memainkan toketku.

“ Aaaahh… Yaan… Kontolmu… Ahhh…” saya merasakan bila kontol Elyan penuhi masing- masing inchi dari memekku.

“ Aaaahh aaaaahhh aaahhh… Saya mauu… Aahhh…” lagi- lagi dikala saya hendak menggapai orgasmeku, Elyan menghentikan genjotannya.

“ Ah, Yan. Mengapa menyudahi?”

“ Menyudahi apa, Nad?”

“ Mengapa menyudahi entotin saya? Aaahh…” saya kali ini menggoyangkan pinggulku sendirian, berharap menciptakan kenikmatan.

“ Hahaa. Bawah lonte binal. Maunya di entot mulu. Nungging lu.” Tanpa melepas kontol Elyan, saya membalikkan tubuhku sehingga saat ini posisi kami merupakan doggy style. Elyan setelah itu memompa memekku dengan agresif.

“ Aaahhh… Pelan, Yan. Oohhh… Ahhh… Sakit.. Enaak… aaahhh…” Elyan setelah itu menampar pantatku serta berikutnya meremas toketku dengan keras.

“ Aaahhh… Yaaah… Teruussshhh… Fuck me!” entah mengapa, saya malah menikmati di entot Elyan dengan metode agresif begini.

“ Oohh.. Lontee emang kudu di kasarin.” Elyan saat ini membetot toketku sehingga saya merasa kesakitan.

“ Aaahh… ampun… Ohhh… Enaaak…” saya merasakan memekku terus menjadi berkedut- kedut.

“ Ooohh… Yaaan… Saya ingin keluar…”

“ Bareng, Nad. Aaaaaaahhhh….” kurasakan kontol Elyan menancap sepenuhnya kedalam memekku di iringi dengan semburan cairan cinta kami.

“ Nad…” Elyan seketika membuka percakapan sehabis napas kami normal.

“ Ya?”

“ Kamu ingin jadi lonteku?” Elyan setelah itu melepas kontolnya serta mengenakan celananya kembali.

“ Iya, Yan. Saya ingin.”

“ Bagus.” Elyan menepuk kepalaku dengan sayang.“ Saat ini tolong antarkan saya balik. Supaya saya aja yang nyetir.”

Elyan setelah itu pindah ke tempat duduk supir, sedangkan saya hendak mengambil kemejaku.

“ Eits, siapa suruh gunakan kemeja?”

“ Eh?”

“ Gausah dipakai bajunya. Lonte senantiasa lebih seksi kalo gak gunakan pakaian.” Elyan kembali meremas toketku sekali lagi saat sebelum dia melaksanakan mobilnya.

Dikala membayar tiket, otomatis Elyan membuka cermin jendela serta membuat mas mas penjaga tiket tertegun.

“ Mengapa, mas? Seksi kan cewe gue?” Saya juga berikan senyum pada mas tersebut.

Elyan kemudian perjalanan ke rumahnya. Selama perjalanan, saya dilarang mengenakan pakaian. Terkadang, dikala di lampu merah, Elyan dengan iseng membuka kaca jendelaku sehingga pengguna jalur yang lain dapat memandang kemolekan toketku.

“ Ih, Elyaaan. Nakal, ya.” Anehnya saya malah membiarkan aksi Elyan serta bukan malah merendahkan jedelanya. Sejujurnya, saya turut menikmati pemikiran mesum orang- orang pada toketku.

Sesampainya di rumah Elyan, saya langsung pamit pulang. Elyan pernah membagikan cupangan di toketku saat sebelum saya berangkat.

“ Inget, Nad. Jangan gunakan pakaian hingga rumah.” Saya cuma mengangguk mengiyakan. Sangat, saat ini saya turut menikmati game Elyan. Saat ini, saya sudah jadi gadis binal serta penuh nafsu yang bangga mempertontonkan kemolekan tubuhku pada lelaki lain.