Pengalaman Pertama Dengan Omku

 Panggil saja namaku Sisil, umur saat ini 23 tahun, saya bekerja selaku salah satu karyawati di BUMN besar di Jakarta. Kata temen- temen saya mempunyai wajah yang menawan, dengan rambut sebahu, kulitku kuning langsat, tinggi 163 centimeter, dengan badan yang ramping serta seksi. Terlebih waktu masih wanita SMP saya terpilih selaku mayoret drum band sekolah karena kecantikanku. 

Saya mau menceritakan pengalaman seks pertamaku malah dari sahabat baik ayahku sendiri, pengalaman sex yang tidak kuduga ini terjalin kala saya masih wanita SMP, baru saja hendak masuk kelas 2 SMP di Yogya. Sahabat bapak itu bernama, Om Hendra serta saya sendiri memanggilnya Om. Karena ikatan yang sudah sangat dekat dengan Om Hendra, dia sudah dikira semacam kerabat sendiri di rumahku. Om Hendra mukanya sangat tampan, mukanya nampak jauh lebih muda dari ayahku, Karena memanglah umurnya berbeda agak jauh, umur Om Hendra kala itu dekat 28 tahun. Tidak hanya tampan, Om Hendra mempunyai badan yang besar tegap, dengan dada yang bidang.

Peristiwa ini bermula kala liburan semester, waktu itu kedua orang tuaku harus berangkat ke Tegal Karena terdapat perayaan perkawinan kerabat. Karena kami serta Om Hendra lumayan dekat, hingga saya memohon kepada orang tuaku buat menginap saja di rumah Om Hendra yang tidak jauh dari rumahku sekitar 5 hari itu.

Om Hendra sudah menikah, namun belum memiliki anak. Istrinya merupakan seseorang karyawan industri swasta, sebaliknya Om Hendra tidak memiliki pekerjaan senantiasa. Ia merupakan seorang makelar mobil. Hari- hari awal kulewati dengan ngobrol- ngobrol sambil bercanda- ria, sehabis istri Om Hendra berangkat ke kantor. 

Om Hendra sendiri katanya tidak mendapatkan order buat mencari mobil, jadi senantiasa di rumah sembari menunggu telepon kalau- kalau terdapat langganannya yang ingin mencari mobil. Buat melupakan waktu, kerap pula kami bermain berbagai game semacam halma, ataupun dominasi, karena memanglah Om Hendra orangnya sangat pintar berteman dengan siapa saja. 

Kala sesuatu hari, sehabis makan siang, seketika Om Hendra mengatakan kepadaku,

“ Sis.. kita main dokter - dokteran ayo.., sekaligus Sisil, Om cek beneran, mumpung free”. Memanglah kata bapak dulu Om Hendra sempat kuliah di fakultas medis, tetapi putus di tengah jalur Karena menikah serta kesusahan bayaran kuliah.“ Ayo..”, sambut aku dengan polos tanpa curiga.

Sesudah itu Om Hendra mengajakku ke kamarnya, kemudian mengambil suatu dari lemarinya, warnanya dia mengambil stetoskop, bisa jadi sisa yang dipakainya kala kuliah dahulu.

“ Nah Sis, kamu buka deh bajumu, terus berbaring di ranjang”.

Mula- mula saya agak ragu- ragu. Tetapi sehabis memandang wajahnya yang bersungguh- sungguh akhirnya saya menurutinya.

“ Baik Om”, kataku, kemudian saya membuka kaosku, serta mulai hendak tiduran.

Tetapi Om Hendra bilang,“ Lho.. BH- nya sekaligus dibuka dong.., supaya Om mudah memeriksanya”.

Saya yang waktu itu masih polos, dengan lugunya saya membuka BH- ku, sehingga saat ini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.

“ Wah.., kamu memanglah betul- betul menawan Sis..”, kata Om Hendra.

Kulihat matanya tidak berkedip memandang buah dadaku, serta saya cuma tertunduk malu. Sehabis telentang di atas ranjang, dengan cuma mengenakan rok mini saja, Om Hendra mulai memeriksaku. Mula- mula ditempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, kemudian Om Hendra menyuruhku bernafas hingga sebagian kali, sehabis itu Om Hendra mencopot stetoskopnya. 

Sesudah itu sembari tersenyum kepadaku, tangannya memegang lenganku, kemudian mengusap - usapnya dengan lembut.

“ Waah.. kulit kamu halus ya, Sis.. kamu tentu giat merawatnya”, katanya. 

Saya diam saja, saya cuma merasakan sentuhan serta usapan lembut Om Hendra. Sesudah itu usapan itu bergerak naik ke pundakku. Sehabis itu tangan Om Hendra merayap mengusap perutku. 

Saya cuma diam saja merasakan perutku diusap- usapnya, sentuhan Om Hendra betul- betul terasa lembut, serta lama- kelamaan terus terang saya mulai jadi agak terangsang oleh sentuhannya, sampai- hingga bulu tangan merinding dibuatnya. 

Kemudian Om Hendra menaikkan usapannya ke pangkal dasar buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya, kemudian mengusap buah dadaku. 

Loh.., baru kali ini saya merasakan yang semacam itu, rasanya halus, lembut, serta geli, bercampur jadi satu. Tetapi tidak lama sesudah itu, Om Hendra menghentikan usapannya. Serta saya kira.. yah, cuma sebatas ini perbuatannya. Tetapi sesudah itu om Hendra bergerak ke arah kakiku.

“ Nah.., saat ini Om cek bagian dasar yah..”, katanya. Sehabis diusap- usap semacam tadi yang terus terang membuatku agak terangsang, saya cuma dapat mengangguk pelan saja. Dikala itu saya masih menggunakan rok miniku, tetapi seketika Om Hendra menarik serta meloloskan celana dalamku. Pasti saja saya kaget separuh mati.

“ Ih.., Om kok celana dalam Sisil dibuka..?”, kataku dengan gugup.

“ Lho.., khan ingin ditilik.., pokoknya Sisil tenang aja..”, katanya dengan suara lembut sembari tersenyum. 

Namun dikala itu saya sudah tidak dapat berbuat apa- apa. Sehabis celana dalamku diloloskan oleh Om Hendra, ia duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tidak berkedip memandang vaginaku yang masih mungil, dengan bulu- bulunya yang masih sangat halus serta tipis. 

Kemudian kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Kemudian Om Hendra mulai mengelus - elus betisku, halus serta lembut sekali rasanya, kemudian diteruskan dengan lambat- laun meraba- raba pahaku bagian atas, kemudian ke paha bagian dalam. Hii.., saya jadi merinding rasanya.

“ Ooomm..”, suaraku lirih.

“ Tenang sayang.., pokoknya nanti kamu merasa nikmat..”, katanya sembari tersenyum.

Om Hendra kemudian mengelus- elus selangkanganku, perasaanku jadi kian tidak karuan rasanya.

Sesudah itu, dengan jari telunjuknya yang besar, Om Hendra menggesekkannya ke bibir vaginaku dari dasar ke atas.

“ aahh.., Ooomm..”, jeritku lirih.

“ Ssstt.., hmm.., nikmat.., kan..?”, katanya. 

Mana sanggup saya menanggapi, malahan Om Hendra mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang - ulang. 

Pasti saja ini membuatku kian tidak karuan, saya menggelinjang- gelinjang, menggeliat- geliat ke sana - ke ayo.

“ Ssshh.., aahh.., Ooomm.., aahh..”, eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar- putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. 

Vaginaku rasanya sudah basah sekali Karena saya memanglah betul- betul sangat terangsang sekali. 

Sehabis Om Hendra merasa puas dengan game jarinya, ia menghentikan sejenak permainannya itu, tetapi sesudah itu mukanya mendekati wajahku, saya yang belum berpengalaman sama sekali, dengan benak yang antara sadar serta tidak sadar, cuma dapat melihatnya pasrah tanpa paham apa yang sesungguhnya lagi terjalin. Mukanya terus menjadi dekat, sesudah itu bibirnya mendekati bibirku, kemudian dia mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, serta basah. 

Tetapi Om Hendra bukan cuma mengecup, dia kemudian melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya, Hii.., rasanya jadi kian geli.., terlebih kala lidah Om Hendra memancing lidahku, sehingga saya tidak ketahui mengapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Hendra silih bermain, membelit- belit, pasti saja saya jadi terus menjadi nikmat kegelian.

Sesudah itu Om Hendra mengangkut mukanya serta memundurkan tubuhnya. Entah game apalagi yang hendak diperbuatnya pikirku, saya toh sudah pasrah. Serta eh.., edan.., seketika tubuhnya dimundurkan ke dasar serta Om Hendra tengkurap di antara kedua kakiku yang otomatis terkangkang, kepalanya terletak pas di atas kemaluanku serta Om Hendra dengan kilat menyerukan kepalanya ke selangkanganku, kedua pahaku dipegangnya serta diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku semacam menjepit kepala Om Hendra.

Saya sangat kaget serta berupaya memberontak, hendak namun kedua tangannya memegang pahaku dengan kokoh, kemudian tanpa sungkan- sungkan lagi Om Hendra mulai menjilati bibir vaginaku.

“ aa.., Ooomm..!”, saya menjerit, meski lidah Om Hendra terasa lembut, tetapi jilatannya itu terasa menusuk vaginaku serta menjalar ke segala tubuhku, tetapi Om Hendra yang sudah berpengalaman itu, malah menjilati habis - habisan bibir vaginaku, kemudian lidahnya masuk ke dalam vaginaku, serta menari- nari di dalam vaginaku. 

Lidah Om Hendra mengait - ngait ke sana menjilat- jilat segala bilik vaginaku. Pasti saja saya kian menggila, badanku menggeliat- geliat serta terhentak - hentak, sebaliknya kedua tanganku berupaya mendesak kepalanya dari kemaluanku. 

Namun usahaku itu percuma saja, Om Hendra terus melaksanakan aksinya dengan ganas. Saya cuma dapat menjerit- jerit tidak karuan.

“ aahh.., Ooomm.., jaangan.., jaanggann.., teerruskaan.., ituu.., aa.., aaku.., nndaak.., maauu.., geellii.., stoopp.., tahaann.., aahh!”. 

Saya menggelinjang- gelinjang semacam kesurupan, menggeliat ke sana antara ingin serta tidak biarpun terdapat perasaan menolak hendak namun rasa geli, bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi segala badanku. Om Hendra dengan kokoh memeluk kedua pahaku di antara pipinya, sehingga meski saya menggeliat ke sana- kemari, tetapi Om Hendra senantiasa memperoleh yang diinginkannya. Jilatan- jilatan Om Hendra benar - benar membuatku bagaikan orang kurang ingat daratan, vaginaku sudah betul- betul banjir dibuatnya, perihal ini membuat Om Hendra jadi terus menjadi liar, dia bukan hanya menjilat - jilat, apalagi menghirup, menyedot- nyedot vaginaku. 

Cairan lendir vaginaku apalagi disedot Om Hendra habis- habisan. Sedotan Om Hendra di vaginaku sangat kokoh, membuatku jadi semakin kelojotan. 

Sesudah itu Om Hendra sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya dia membuka bibir vaginaku, kemudian di sorongkan sedikit ke atas. Saya dikala itu tidak ketahui apa iktikad Om Hendra, warnanya Om Hendra mengincar clitorisku. Ia menjulurkan lidahnya, kemudian dijilatnya clitorisku.

“ ohh..”, pasti saja saya menjerit keras sekali, saya merasa semacam kesetrum, Karena nyatanya itu bagian yang sangat sensitif buatku. 

Begitu kagetnya saya merasakannya, saya sehingga mengangkat pantatku. Om Hendra malah memencet pahaku ke dasar, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, serta terus menjilati clitorisku sembari dihisap- hisapnya.

“ aa.., Ooomm.., aahh.., aahh!”, jeritku terus menjadi merajalela. 

Seketika saya merasakan suatu yang teramat sangat, yang mau keluar dari dalam vaginaku, semacam ingin berkemih, serta saya tidak kokoh menahannya, tetapi Om Hendra yang kayaknya sudah ketahui, malahan menyedot clitorisku dengan kuatnya.

“ Ooomm.., aa!”, tubuhku terasa tersengat tegangan besar, segala tubuhku mengencang, tidak sadar kujepit dengan kokoh pipi Om Hendra dengan kedua pahaku di selangkanganku. Kemudian tubuhku bergetar bertepatan dengan keluarnya cairan vaginaku banyak sekali, serta nyatanya Om Hendra tidak menyia - nyiakannya disedotnya vaginaku, dihisapnya segala cairan vaginaku. 

Tulang- tulangku terasa luluh lantak, kemudian tubuhku terasa lemas sekali. Saya tergolek lemas. Om Hendra sesudah itu bangun serta mulai membebaskan pakaiannya. Saya, yang baru awal kali hadapi orgasme, merasakan badanku lemas tidak bertenaga, sehingga cuma dapat memandang saja apa yang lagi dicoba oleh Om Hendra. 

Mula- mula Om Hendra membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, sesudah itu secara kilat ia membebaskan celana panjangnya, hingga saat ini ia cuma mengenakan CD saja. 

Saya agak ngeri pula memandang tubuhnya yang besar besar itu tidak berpakaian. Hendak namun kala tatapan mataku secara tidak terencana memandang ke dasar, saya sangat kaget memandang benjolan besar yang masih tertutup oleh CD- nya, mencuat ke depan. Kedua tangan Om Hendra mulai menarik CD- nya ke dasar secara perlahan- lahan, sembari matanya terus menatapku. Pada waktu tubuhnya membungkuk buat menghasilkan CD- nya dari kedua kakinya, saya belum memandang apa- apa, hendak namun begitu Om Hendra berdiri tegak, darahku tiba- tiba terasa menyudahi mengalir serta mukaku jadi pucat Karena kaget memandang barang yang terletak di antara kedua paha atas Om Hendra. Barang tersebut bundar panjang serta besar dengan bagian ujungnya yang membengkak bundar berupa topi baja tentara. Barang bundar panjang tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 16 centimeter dengan bundaran sebesar 4 centimeter bagian batangnya dilingkari urat yang menonjol bercorak biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah kehitam- hitaman mengkilap serta pada bagian tengahnya berlubang di mana nampak terdapat cairan pada ujungnya. 

Rupanya begitu yang dikatakan kemaluan pria, nyatanya mengerikan. Saya jadi ngeri, sembari menduga - duga, apa yang hendak dicoba Om Hendra terhadapku dengan kemaluannya itu. Memandang ekspresi mukaku itu, Om Hendra cuma tersenyum- senyum saja serta tangan kirinya memegang batang kemaluannya, sebaliknya tangan kanannya mengelus - elus bagian kepala kemaluannya yang nampak kian mengkilap saja. 

Om Hendra sesudah itu berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Sesudah itu Om Hendra menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sebaliknya pantatku terletak pas di tepi tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku saat ini terbuka lebar. Saya tidak dapat berbuat apa- apa, Karena badanku masih terasa lemas. Mataku cuma dapat menjajaki apa yang lagi dicoba oleh Om Hendra. Sesudah itu ia mendekat serta berdiri pas diantara kedua pahaku yang sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku, kemaluannya pas berhadapan dengan kemaluanku yang sudah terpentang itu. 

Tangan kirinya memegang pinggulku serta tangan kanannya memegang batang kemaluannya. Sesudah itu Om Hendra menempatkan kepala kemaluannya pada bibir kemaluanku yang belahannya kecil serta masih tertutup rapat. Kepala kemaluannya yang besar itu mulai digosok- gosokannya selama bibir kemaluanku, sembari ditekannya perlahan- lahan.

Sesuatu perasaan aneh mulai menjalar ke keseluruhan tubuhku, badanku terasa panas serta kemaluanku terasa mulai mengembung, saya agak menggeliat - geliat kegelian atas perbuatan Om Hendra itu serta warnanya reaksiku itu kian membuat Om Hendra kian terangsang. 

Dengan mesra Om Hendra memelukku, kemudian mengecup bibirku.

“ Gimana Sis.., nikmat kan..?”, bisik Om Hendra mesra di telingaku, tetapi saya sudah tidak sanggup menjawabnya, nafasku tinggal satu- satu, saya cuma dapat mengangguk sambil tersipu malu. 

Saya sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Hendra serta tidak sempat kusangka, Karena tiap hari Om Hendra sangat sopan serta ramah. Berikutnya tangan Om Hendra yang satu merangkul pundakku serta yang satu di dasar memegang penisnya sambil digosok- gosokkan ke bibir kemaluanku, perihal ini kian membuatku jadi lemas kala merasakan kemaluan yang besar memegang bibir kemaluanku, saya merasa khawatir tetapi kalah dengan nikmatnya game Om Hendra, di samping pula terdapat perasaan bimbang yang menyerang pikiranku. 

Kemaluan Om Hendra yang besar itu sudah amat keras serta kakiku kian diregangkan oleh Om Hendra sembari salah satu dari pahaku dinaikan sedikit ke atas. Saya betul- betul separuh sadar serta pasrah tanpa dapat berbuat apa- apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke dalam lubang kemaluanku serta dengan sisa tenaga yang terdapat saya berupaya mendesak tubuh Om Hendra buat menahan masuknya kemaluannya itu, tetapi Om Hendra bilang tidak hendak dimasukkan seluruh hanya ditempelkan saja. Aku membiarkan kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku. Tetapi selang tidak lama sesudah itu perlahan- lahan kemaluannya itu ditekan- tekan ke dalam lubang vaginaku, hingga kepala penisnya sedikit masuk ke bibir serta lubang vaginaku. Kemaluanku jadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala penis Om Hendra ini masuk ke dalam lubang vaginaku, gerakan ini membuatku kaget Karena tidak menyangka Om Hendra hendak memasukan penisnya ke dalam kemaluanku semacam apa yang dikatakan olehnya. Sodokkan penis Om Hendra ini membuat kemaluanku terasa mengembang serta sedikit sakit, segala kepala penis Om Hendra sudah terletak di dalam lubang kemaluanku serta berikutnya Om Hendra mulai menggerakkan kepala penisnya masuk serta keluar serta selang sesaat saya mulai jadi biasa lagi, perasaan nikmat mulai menjalar ke segala tubuhku, terasa terdapat yang mengganjal serta membuat kemaluanku terasa penuh serta besar, tanpa sadar dari mulutku keluar suara,

“ Ssshh.., sshh.., aahh. oohh.., Ooomm.., Ooomm.., eennaak.., eennaak! Saya mulai terlena saking nikmatnya serta pada dikala itu, seketika Om Hendra mendesak penisnya dengan kilat serta kokoh, sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi serta merobek selaput daraku serta akupun menjerit Karena terasa sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis Om Hendra yang terasa membelah kemaluanku.

“ aadduuhh.., saakkiitt.., Ooomm.., sttoopp.., sttoopp.., jaangaan.., diterusin”, saya meratap serta kedua tanganku berupaya mendesak tubuh Om Hendra, tetapi sia- sia saja. 

Om Hendra mencium bibirku serta tangannya yang lain mengelus- elus buah dadaku buat menutupi teriakan serta menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku sehingga saya tidak bisa berkutik. Badanku cuma dapat menggeliat- geliat serta pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur buat menjauhi tekanan penis Om Hendra ke dalam liang vaginaku, tetapi Karena tangan Om Hendra menahan pundakku, hingga saya tidak bisa menjauhi masuknya penis Om Hendra lebih dalam ke liang vaginaku. 

Rasa sakit masih terasa olehku serta Om Hendra membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak sama sekali buat membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu.“ Om.., mengapa dimasukkan seluruh, kan.., janjinya cuma digosok- gosok saja?”, kataku dengan memelas, tetapi Om Hendra tidak bilang apa- apa cuma senyum- senyum saja. Saya merasakan kemaluan Om Hendra itu, terasa besar serta mengganjal rasanya memadati segala relung- relung di dalam vaginaku. Serasa hingga ke perutku Karena panjangnya penis Om Hendra tersebut. Waktu aku mulai tenang, Om Hendra sesudah itu mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak- sentak serta menggelepar- gelepar, lagi dari mulutku cuma dapat keluar suara,

“ Ssshh.., sshh.., oohh.., oohh”, serta seketika perasaan dahsyat menyerang totalitas tubuhku, bayangan gelap menutupi segala pandanganku, sesaat sesudah itu kilatan sinar serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak dapat dikendalikan lagi oleh benak normalku, segala tubuhku diliputi sensasi yang siap meledak. Buah dadaku terasa membeku serta puting susuku mengencang kala sensasi itu makin menguat, membuat tubuhku terlonjak - lonjak di atas tempat tidur. 

Segala tubuhku meledak dalam sensasi, jari- jariku menggenggam alas tempat tidur erat- erat, tubuhku bergetar, mengejang, meronta di dasar tekanan badan Om Hendra kala saya hadapi orgasme yang dahsyat. Saya merasakan kenikmatan berdesir dari vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke segala tubuhku sepanjang sebagian detik terasa tubuhku melayang - layang serta tidak lama sesudah itu terasa terhempas lemas tidak berdaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang serta kedua kaki terkangkang menjulur di lantai. Memandang keadaanku Om Hendra kian terangsang, sehingga dengan ganasnya ia mendesak pantatnya memencet pinggulku rapat- rapat, sehingga segala batang penisnya terbenam dalam kemaluanku. 

Saya cuma dapat menggeliat lemah Karena tiap tekanan yang dikerjakannya, terasa clitorisku tertekan serta tergesek- gesek oleh batang penisnya yang besar serta berurat itu. Perihal ini memunculkan kegelian yang tidak terperikan. Nyaris sejam lamanya Om Hendra mempermainkanku semau hatinya, serta dikala itu pula saya sebagian kali hadapi orgasme serta tiap itu terjalin, sepanjang 1 menit saya merasakan vaginaku berdenyut- denyut serta menghirup kokoh penis Om Hendra, hingga akhirnya pada sesuatu dikala Om Hendra berbisik dengan sedikit tertahan,

“ Ooohh.., Riinn.., Riinn.., aakkuu.., mau.., keluar!, Ooohh.., aahh.., hhmm.., oouuhh!”. Seketika Om Hendra bangkit serta menghasilkan penisnya dari vaginaku. Sedetik sesudah itu,

“ Ccret.., crett.., crett”, spermanya berloncatan serta tumpah pas di atas perutku. 

Tangannya dengan gerakan sangat kilat mengocok- ngocok batang penisnya seakan mau menghasilkan seluruh spermanya tanpa sisa.

“ aahh..”, Om Hendra mendesis panjang serta sesudah itu menarik nafas lega. Dibersihkannya mani yang tumpah di perutku. 

Sehabis itu kami tergolek lemas sembari mengendalikan nafas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh buat sesudah itu disekanya. Dikecupnya lembut bibirku serta tersenyum.

“ Terima kasih, sayang..”, bisik Om Hendra dengan mesra. Serta akhirnya saya yang sudah amat lemas terlelap di dekapan Om Hendra.