Sensasi Kenikmatan Ngewe Dengan 3 Cewek Cantik

Sebut saja aku Adi, bukan nama sesungguhnya, Saat ini saya bekerja dan tinggal bersama saudaraku di Jakarta. Tiap kembali sekolah saya senantiasa mengosongkan waktu buat ngobrol - ngobrol dengan siska, hanya buat melihatnya dari dekat, terlebih payudaranya yang nampak menggoda.

Suatu hari Siska kembali dari tempat bekerja dan langsung mengarah ke kamar tempat cuci baju yang belum kering. Karena dirumah sedang sepi hanya ada 4 orang termasuk aku, aku pun mengikutinya. 

Saya berupaya supaya kedatanganku tidak mengagetkannya.

“ Sis…udah kembali..?” iya kak, sembari melepas sepatunya.

“ Awas dong…mau ganti pakaian nih…!” katanya meminta.

“ Iya.. saya keluar deh.. tetapi kalau udah ganti pakaian boleh masuk lagi ya…!” pintaku padanya.

“ Iya….. boleh…” ucapnya.

“ Saya masuk ya…!” pintaku dari luar sembari membuka pintu. Wow.. semacam bidadari Siska mengenakan daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang seolah tidak yakin hendak pemandangan alam itu.

“ Sis…kamu menawan sekali gunakan pakaian itu..!” ungkapku jujur padanya.

“ Masa sih..!” kata Siska sembari berbalik bergaya semacam peragawati.

“ Saya boleh bilang sesuatu tidak Sis…?” tanyaku agak ragu padanya.

“ Ingin bilang apaan sih kak…serius banget deh kayaknya…!” ungkap Siska penasaran.

“ A.. saya.. boleh peluk kamu tidak.., sebentar saja…!” ungkapku memberanikan diri.

“ Saya janji tidak ngapa- ngapain…. sangat..!” janjiku padanya.

“ Iiih…peluk gimana sih.., emang ingin ngapain…, tidak ingin ah…!” bantahnya.

“ Sebentar…. aja…. ya… Sis..” kembali saya membujuknya, jangan hingga ia jadi khawatir padaku.

“ Ya udah cepetan ah…yang enggak- enggak aja sih…” ucapnya agak centil sembari berdiri membelakangiku. 


Tidak kusia- siakan saya langsung memeluknya diri balik, tanganku melingkar di badannya yang kecil lembut, serta padat itu, kemudian tanganku kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap- usap dengan lama- lama.

Edan.. kontolku langsung berdenyut begitu memegang pantat Siska yang empuk serta wujudnya sedikit menungging memegang ke arah kontolku. Langsung saja kugesek- gesekkan pelan- pelan di pantatnya itu.

“ Iiih…. diapain sih tuh…udah…. ah…!” seru Siska sembari berupaya membebaskan pelukanku.

“ Saya terangsang Sis…abis kamu menawan sekali Sis…!” ungkapku terus cerah. Siska juga membalikkan tubuhnya menghadapku, sembari menatapku penuh rasa penasaran.“ Anunya bangun ya kak…?” tanya Siska heran.

“ Iya Sis…aku terangsang sekali…” ungkapku sembari mengelus- elus celanaku yang menyembul sebab kontolku yang telah tegang.

“ kamu ingin liat  tidak Sis…?” tanyaku padanya.

“ Tidak ah…entar ada orang masuk lho…!” katanya polos.

“ Kita tutup aja dulu pintunya ya…!” ungkapku, sembari beranjak menutup pintu.

Kulihat Siska masih di kamar itu menunggu dengan malu- malu, tetapi pula penasaran.

“ Ya sudah saya buka ya…..?” ungkapku sembari merendahkan celana pendekku pelan- pelan.

Kulihat Siska mengurangi muka pura- pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang telah kembali ngaceng.

“ Nih lihat…. cepetan mumpung tidak terdapat orang…!” ungkapku pada Siska sembari kuelus- elus kontolku di depannya. Siska juga melihatnya dengan tersipu- sipu.

” Ih kenapa sih…. Malu tahu…!” ucapnya pura- pura.

“ Mengapa malu Sis…kan udah tidak terdapat orang…” kataku berdebar- debar.

“ Ingin pegang nggak….?” Ungkapku sembari menarik tangan Siska kutempelkan ke arah kontolku. Nampak muka Siska mulai memerah sebab malu, tetapi penasaran. 

Masih dalam pegangan tanganku, tangan Siska ku genggamkan pada batang kontolku yang telah ngaceng itu, terencana ku usap- usapkan pada kontolku, ia juga mulai berani memandang ke arah kontolku.

“ Ih…takut ah…gede banget sih…!” ucapnya, sembari mulai mengusap- ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi.

“ Aaaah…ooooh…. terus Sis…enak banget…!” saya mulai merintih. 

Sedangkan Siska cocok permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap - usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya terus menjadi jadi memandang kontolku yang telah ngaceng itu.

“ Saya boleh pegang- pegang kamu tidak Sis…?” ungkapku sembari mulai mengusap- usap lengan Siska, kemudian beralih mengusap - usap punggungnya, hingga kesimpulannya ku usap- usap serta kuremas- remas pantatnya dengan lembut.

Siska nampak bimbang atas tingkahku itu, di belum paham apa maksud dari tindakan terhadapnya itu, dengan sangat hati- hati rabaan tanganku juga mulai keseluruh bagian badannya, hingga sesekali Siska menggelinjang kegelian, saya berupaya buat tidak nampak agresif olehnya, supaya ia tidak kapok serta tidak menggambarkan ulahku itu kepada orang tuanya.

“ Gimana Sis…….?” ungkapku padanya.

“ Gimana apanya…!” jawab Siska polos. 

Saya kembali berdiri serta memeluk Siska dari balik, sedangkan celanaku telah jatuh melorot ke lantai. Siska juga diam saja dikala saya memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga- bunga merah yang dipakai Siska membuatku terus menjadi bernafsu padanya. 

Akupun terus menggesek- gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sedangkan tangan Siska terus menggenggam batang kontolku yang melekat di pantatnya, sesekali ia mengocoknya pelan - pelan. Tidak lama sehabis itu lama- lama kuangkat daster tipis Siska yang menutupi bagian pantatnya itu, kemudian dengan hati- hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Siska yang tidak tertutupi oleh daster tipisnya lagi.

“ Sis…. buka ya celana dalamnya….!” pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu.

“ Eeeh…. ingin mengapa sih…. paket buka segala…?” tanyanya bimbang.

“ Tidak apa- apa nanti pula kamu tahu… siska tenang aja…!” bujukku padanya supaya ia berlagak tenang, sembari lambat - laun saya turunkan celana dalam Siska.

“ Tuh kan….. malu…masa tidak pake celana dalam sih…!” ucapnya merengek padaku.

“ Sudah tidak apa- apa…. kan tidak terdapat siapa- siapa..!” saya menenangkannya.

“ kamu kan udah pegang punyaku…sekarang saya pegang punyamu ya…Sis..?” pintaku padanya, sembari mulai ku usap- usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu.

“ Ah.. udah dong…geli nih…” ungkap Siska, dikala tanganku mengusap- usap selangkangan serta memeknya.

“ Ya udah…. punyaku aja yang ditempel dekat punyamu ya..!” ungkapku sembari melekatkan batang kontolku di tengah - tengah selangkangan Siska pas di atas lubang memeknya. Pelan- pelan kugesek- gesekkan batang kontolku itu di belahan memek Siska. 

Lama kelamaan memek Siska mulai basah, terus menjadi licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Siska, nafsu birahiku terus menjadi besar, darahku rasanya mengalir kilat ke seluruh tubuhku, bersamaan dengan degup jantungku yang kian kilat. Masih dalam posisi membelakangiku, saya memohon Siska membungkukkan tubuhnya ke depan supaya saya lebih bebas melekatkan batang kontolku di tengah- tengah selangkangannya. 

Siska juga menuruti permintaanku tanpa rasa khawatir sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku semenjak tadi serta seluruh permintaanku yang diucapkan dengan hati- hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Siska kalau saya tidak bisa jadi menyakitinya.

“ Terus kita ingin mengapa nih…?” ungkap Siska heran sembari menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya kemudian kukocok- kocokkan pada batang kontolku yang telah basah oleh cairan memek Siska tadi. Lalu saya masukan kembali batang kontolku ke tengah - tengah selangkangan Siska, melekat pas pada belahan memek Siska, mulai kugesek- gesekan secara beraturan, cairan memek Siska juga terus menjadi membasahi batang kontolku.

“ Aaah… Sis…enaaaak…. bangeet…!” saya merintih nikmat.

” Apa sih rasanya…. emang enak…ya…?” tanya Siska, heran.

“ Iya… Sis…rapetin kakinya ya…!” pintaku padanya supaya merapatkan kedua pahanya.

Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela- sela selangkangan Siska. Saya terus menggenjot kontolku disela- sela selangkangannya, sembari sesekali kusentuh- sentuhkan ke belahan memeknya yang telah basah.

“ Ah geli nih…. udah belum sih…jangan lambat- laun dong…!” pinta Siska tidak paham adegan ini wajib berakhir gimana.

“ Iya… Sis… sebentar lagi ya…!” ungkapku sembari memesatkan genjotanku, tanganku meremas pantat Siska dengan penuh nafsu. Seketika terasa dorongan hebat pada batang kontolku seolah suatu gunung yang hendak memuntahkan lahar panasnya.

“ Aaaaakh…aaaoww…Siss…aku ingin keluaarr…crottt…crott…crottt.. oouhh…!” air maniku muncrat serta tumpah di selangkangan Siska, sebagian menyemprot di belahan memeknya.

“ Iiiih…. jadi basah.. nih…!” ungkap Siska sembari mengusap air maniku di selangkangannya.

“ Hangat…licin…ya…?” ucapnya sembari malu- malu.

“ Apaan sih ini…. namanya..?” Siska bertanya padaku.

” Hmm…itu namanya air mani… Sis…!” jelaskan padanya. 

Dipegangnya air sperma yang berceceran di pahanya, kemudian ia cium baunya, sembari tersenyum. Saking asyiknya kami melakukan kegiatan tersebut tanpa kami sadari rupanya ada yang mengamati kami berdua.

Mbak Ana serta sepupunya, Tasya telah berdiri di pinggir pintu. Saya serta Siska kaget setengah mati, malu khawatir bercampur jadi satu jangan- jangan mereka marah serta memberitahukan peristiwa ini pada orang lain. Tetapi yang terjadi sangat diluar dugaan kami berdua, mereka apalagi turut nimbrung sehingga kami jadi berempat.

“  Bukan gitu cara mainnya sis”, ucap Mbak Ana.

“  Maksudnya mbak?!” sahut siska.

Mbak Ana lalu mendekat ke arahku lalu langsung dipegangnya kontolku dan dikocoknya.

“ Aaaaakh…aaaoww, enak” rintihku

Siska yang masih polos hanya terpaku melihat apa yang dilakukan Mbak Ana pada diriku.

Di saat yang bersamaan Tasya sudah duduk di belakangku dan menarik kepalaku ke dekat dadanya.

Saat ini saya dikerubung 3 bidadari menawan sangat beruntung saya ini. Mbak Ana badannya masih sangat kencang payudaranya putih agak besar kira- kira 36B vaginanya indah sekali. Sebaliknya Tasya badannya agak kecil tetapi lembut, dadanya telah sebesar buah apel ukuran 34A vaginanya nampak kecil baru ditumbuhi bulu yang belum begitu rimbun. 

Dalam posisi kepala yang sudah berada di bawah dada Tasya akupun tak menyia - nyiakan kesempatan ini untuk mulai meraba - raba tubuh putihnya tersebut. Dengan perlahan namun Tasya mulai membuka baju yang ia kenakan satu persatu.

“Sis, tolong bukain baju Mbak ini” pinta Mbak Ana kepada Siska.

Siska yang terpana melihat pemandangan yang baru saja ia saksikan itu langsung menuruti perintah Mbak Ana tersebut. Terdengar juga rintihan dari Tasya akibat tanganku yang sedang bermain di dadanya.

Perilaku Mbak Ana mulai tambah agresif, sesekali ia mulai mengocok dengan menggunakan mulutnya. Melihat hal tersebut Siska mulai penasaran dan mencoba hal yang sama. dan mulai melepas daster yang ia gunakan saat itu.

Aku yang sudah tak karuan dan terbawa suasana pun mulai tambah agresif ke wanita - wanita tersebut.

Pertama yang kuserang adalah Tasya, aku mencium dengan rakus pentilnya kuhisap dalam-dalam agar air susunya keluar, setelah keluar kuminum sepuasnya rupanya Siska dan Ana juga kepingin merasakan air susu itu sehingga kami bertiga berebut untuk mendapatkan air susu tersebut, sambil tangan kami berempat saling remas, pegang dan memasukan ke dalam vagina satu sama lain.

Sehabis puas dengan game itu, saya memohon supaya mereka tiduran baris sehingga saat ini terdapat 6 gunung kembar yang montok terletak di depanku. Saya mulai mengulum susu mereka satu per satu bergantian hingga 6, saya terus menjadi beringas dikala kusuruh mereka menungging seluruh, dari balik saya menjilati Miss V satu persatu rasanya bagai makan biskuit Oreo di jilat terus lidahku kumasukkan ke dalam Miss V mereka. Giliran mereka mengulum penisku bergantian.

“Hoh…. hoooooooooo…… hhhhhhhhhh…… ehmmmmmmmmm”, desah mereka bertiga. Saya terus menjadi buas mempermainkan buah dada serta Miss V mereka, posisi kami saat ini telah tidak beraturan. Silih peluk cium jilat serta sebagainya pokok nya yang buat puas, sampai mereka berikan isyarat kalau hendak hingga puncak.

“ Dik saya ingin keluar”

“ saya pula”

“ Saya nyaris hingga”, kata mereka bergantian.

“ Jangan di buang percuma, supaya saya minum!”, pintaku

“ Boleh”, kata Mbak Ana. 

Saya mulai memasang posisi kutempelkan mulutku ke Miss V mereka satu persatu kemudian kuhisap dalam- dalam hingga tidak tersisa, segarnya bukan main.

“ Srep.., srep”. 

Heran, seperti itu yang terdapat di benakku, saya belum sempat nge-sex sama mereka kok udah pada keluar, memanglah bisa jadi saya yang sangat kokoh. Sebab telah tidak tabah saya mulai memasukkan penisku de dalam Miss V Siska kugenjot naik turun pinggulku supaya nikmat, dekat 5 menit setelah itu saya gantian ke Kak Ana, vaginanya masih kecil semacam perawan saja.

“ Dik enak……. Uh…… oh….. terussssssss!”, desahnya.

“ Emang kok Kak…….. hhhhhhh ehmm…..”

“ Di giliranku kapan..?”, rupanya Tasya pula telah tidak tahan.

“ Tunggu sebentar sayang.“ Dekat 10 menit saya main sama kak Ana saat ini giliran Tasya, dengan pelan saya masukkan penisku, tetapi yang masuk cuma kepalanya. 

Bisa jadi dia masih perawan, baru pada tusukan yang ke 15 segala penisku dapat masuk ke liang vaginanya.

“ Di……. sakit….. di…… oght…….. hhohhhhhh…….”, jerit kecil Tasya.

“ Tidak apa- apa nanti pula Enak, Sih!”, ucapku berikan semangat supaya dia bahagia.

“ Benar Di saat ini nikmat sekali… oh.. ought..” 

Rupanya apabila kutinggal ngeseks dengan Tasya, kak Ana serta Siska tidak ketinggalan mereka silih kulum, jilat serta silih memasukkan jari ke vaginanya tiap - tiap. 

Posisiku di dasar Tasya, di atas dia memutar- mutar pinggulnya memompa naik turun sehingga buah dadanya yang masih kecil nampak bergoyang lucu, tanganku pula tidak tinggal diam kuremas- remas putingnya serta kusedot, kugigit hingga merah. 

Karena telah berlangsung sangat lama hingga saya mau lekas menggapai puncak, dalam posisi masih semacam semula Tasya berjongkok di atas penisku, kusuruh Mbak Ana naik keatas perutku sambil membungkuk supaya saya dapat menetek, eh…, bener pula lambat- laun air susunya keluar lagi, kuminum manis sekali hingga terasa mual. 

Siska yang belum bisa posisi lekas kusuruh jongkok di atas mulutku sehingga vaginanya pas di depan mulutku, serta kumainkan klitorisnya. Dia mendesah semacam kepedasan.

“ Ah……… hu ah…….. hm…….!” 

Tanganku yang satunya kumasukkan ke Miss V Mbak Ana, kontolku digarap Tasya, mulutku disumpal kemaluan Siska, lengkap telah. Kami bermain style itu dekat 30 menit hingga kesimpulannya saya menggapai puncak kenikmatan.

“ Ought……… hmmmmmm…… cret… crot…..”

“ Enak Mas…….!” desah Tasya. 

Spermaku ku semprotkan kedalam Miss V Tasya serta keluarlah cipratan spermaku bercampur darah menunjukkan kalau dia masih perawan. Kami berempat saat ini sudah mencapai puncak nyaris bersamaan, letih serta lelah yang kami rasakan. 

Saat sebelum kami berpakaian kembali sisa- sisa mani di penisku di jilati hingga habis oleh mereka bertiga. Sehabis peristiwa itu kami senantiasa mengulanginya lagi apabila terdapat peluang baik berdua bertiga ataupun berempat. Tetapi saat ini kami telah silih berjauhan sehingga buat memuaskan nafsu birahiku saya kerap jajanan di kafe - kafe di kota ini maupun dengan sahabat perempuan di tempat kerja yang akrab denganku. Tetapi tidak satu juga dari mereka yang jadi pacarku.